Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Profesor-Profesor Bermasalah di Kompasiana

2 April 2022   18:54 Diperbarui: 3 April 2022   07:46 1771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Albert Einstein (Foto: LifeSun via kompas.com)

Seorang Profesor berdiri di pucuk menara. Sejuta masalah menerpanya di situ. Sesuai bunyi pepatah, "Semakin tinggi tempat berpijak, semakin kuat angin menerpa." 

Belum lagi bila Sang Profesor pengidap fobia ketinggian. Cilaka, sudah.  

Lain dari itu, Profesor juga harus pandai menebalkan kuping mendengar nyinyiran orang. "Profesor kok gak botak?" Giliran botak, "Profesor kok gak berjenggot?"  Sudah berjenggot, "Profesor kok gak linglung?" Pas gak linglung, "Profesor kok pinter?"

Eh, busyet! Elu pade, maunye ape, sech?

Tak hanya di kampus atau di ruang publik, di Kompasiana juga sejumlah Profesor menghadapi masalah. Tentu, lain kompresor lain pemiliknya, lain Profesor lain masalahnya.

Tak usah berlama-lama, inilah daftar profesor bermasalah di Kompasiana:

  • Prof. Ronny R. Noor: Satu nomor artikel Prof. Ronny pernah dihapus Admin Kompasiana karena dianggap plagiat. Padahal Prof. Ronny hanya mengutip definisi kata dalam kamus, persis seperti aslinya. Lha, memang harus begitu, kan? Jadi, apa masalahnya?  Entahlah.
  • Prof. Musni Umar: Profesor ini tak pernah lagi menulis di Kompasiana, sejak Anies Baswedan memenangi Pilgub DKI 2019. Eh, mendadak ada seseorang yang menengarai gelar Profesornya palsu alias abal-abal. Prihatin, ya.
  • Prof. Apolo: Reputasi Prof. Apolo di Kompasiana kini ditenggelamkan oleh para mahasiswanya yang rajin membanjiri Kompasiana dengan artikel-artikel penugasan kuliah. Tapi memang begitulah hakikat Profesor: menyediakan bahunya untuk pijakan mahasiswa. Penyet, penyet, deh situ.
  • Prof. Felix Tani: Profesor satu ini mati-matian menjelaskan dirinya bukan Profesor, tapi gak ada yang sudi percaya. Kasihan deh elu.
  • Prof. Pebrianov: Dia pikir dirinya Profesor (Prof.),  padahal cuma Provokator (Prov.). Dia sibuk melancarkan provokasi di Kompasiana, demi meraih posisi Admin Kompasiana 2222.
  • Prof. Tjiptadinata: Guru Besar Tjiptadinata bukan Profesor, tapi sebenarnya layak mendapat gelar Profesor Kehormatan (HC) untuk tacit knowledge  Metoda Terapi Reiki. Andaikan ada Universitas Kompasiana, saya akan usulkan gelar Prof. HC untuk Pak Tjip.
  • Prof. Djulianto: Lengkapnya Prof. Djulianto S. Kom., tapi bo'ong. Sejatinya adalah Prof(il) Djulianto S(oesatio) Kom(pasiana). Sulit dijelaskan kenapa Kompasianer dengan kompetensi Profesor ini tak kunjung menyandang gelar Profesor. Saya khawatir dia terobsesi pada fosil Antareja untuk dijadikan bahan disertasi. (Antareja adalah tokoh wayang yang doyan ngegangsir).
  • Prof. Acek Rudy: Maunya begitu mengingat reputasi spektakulernya baru-baru ini. Artikelnya tentang mafia minyak goreng di Kompasiana dibaca 1.2 juta orang. Coba cari Profesor di Indonesia yang disertasi doktoralnya dibaca oleh 1.2 juta orang. Faktanya, Acek Rudy cuma ahli palugada.

Itulah Profesor-Profesor bermasalah di Kompasiana sejauh yang saya tahu. 

Kalau kamu seorang Profesor bermasalah, silahkan lapor di kolom komentar. 

Jangan lapor ke Bareskrim, ya. Tak semua masalah harus diselesaikan secara hukum. Banyak yang bisa diselesaikan dengan akal sehat dan hati nurani. (eFTe)

*Admin K, tolong tidak mengedit judul artikel ini. Itu bukan judul klik bait. Kata "masalah" pada judul agar dibaca dalam konteks "humor". Tks.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun