Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Layang-layang Menganggit Puisi Tanpa Kata-kata

17 Januari 2022   06:45 Diperbarui: 17 Januari 2022   14:35 2037
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi layang-layang berpuisi (Foto:my-best-kite.com via pinterest.com)

Layang-layang merah jambu melawan tiup angin utara.  Maka tubuh pipih itu lesat naik bagai ujung pedang menggores angkasa biru. Lenggak-lenggok dia mencipta baginya setitik relung awal hidup serasi di bentang semesta.

Layang-layang merah jambu menata gerak turun-naik mundur-maju di udara. Dia melukiskan dinamika sejarah estetika eksistensinya. Di rupa larik-larik dan bait-bait puisi kehidupan yang teranggit indah tanpa kata-kata di udara. Keindahan fana yang teranyam dari segala tawa dan air mata.

Layang-layang merah jambu alah oleh angin utara yang membangun badai. Tubuh pipih itu memiuh lalu lepas jadi layang-layang putus. Langlang terombang-ambing tanpa arah dan asa di angkasa. Menganggit larik-larik dan bait akhir puisi tentang kekasih yang lepas dari pelukan.

Layang-layang merah jambu telah usai menganggit larik-larik dan bait-bait puisi indah tentang sejarah sekala hidup di bentang angkasa raya. (eFTe)

Gang Sapi Jakarta, 17 Januari 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun