Indonesia vs Malaysia, Imajinasi "Lubang Hitam" dan "Lubang Cacing"

Sepakbola adalah imajinasi dalam aksi. Perkawinan logika dan etika yang melahirkan estetika, seni bolakaki. --Felix Tani

Saya cuma seorang penonton amatir sepakbola. Jika kemudian saya mengulas sepakbola di sini, kamu boleh percaya, mutu ulasannya adalah abal-abal.

Jangan bandingkan saya dengan para pengulas sepakbola di Kompasiana. Sebutlah nama-nama Hendro Santoso, Hadi Santoso, Deddy Husein Suryanto, Gobin Dd, Achmad Suwefi, Arnold Adoe, dan S. Aji. (Pebrianov tak usahlah disebut.) 

Mereka, para pengamat sepakbola jempolan itu, bukan level saya. Pengetahuan dan pemahaman mereka tentang teori dan praktek sepakbola terlalu tinggi. Saya berada di dasarnya.

Bagi saya, sepakbola adalah imajinasi dalam aksi. Suatu skenario yang awalnya dibayangkan bersama oleh pelatih dan pemain. Kemudian dipanggungkan di lapangan. Dengan tuntunan logika,  rasionalitas  dan etika, sportivitas. Perkawinan keduanya lalu membuahkan estetika, keindahan bernama seni bolakaki.

Lubang Hitam dan Lubang Cacing

Secara imajiner, dari sudut pandang sebuah tim, saya melihat lapangan sepakbola terdiri dari dua area yang berbeda. Meminjam model alamraya Einstein dan Rosen (1935), saya melihat area pertahanan tim sebagai "lubang hitam" (blackhole). Sedangkan area pertahanan tim lawan adalah  "lubang cacing" (wormhole). Penonton film fiksi ilmiah Interstellar pasti paham istilah-istilah itu.

Lubang hitam adalah area  ruang waktu di jagad raya yang  memiliki gravitasi paling kuat sealam raya. Semua objek atau energi akan tersedot masuk ke dalamnya, termasuk cahaya.

Sedangkan lubang cacing adalah area ruang waktu berupa lorong rapuh di jagad raya. Suatu lorong yang menghubungkan lubang hitam dengan  satu area lain di ujungnya. 

Area lain di ujung lubang cacing itu masih tanda tanya. Sementara ada yang memikirkannya sebaga "lubang putih" (whitehole), kebalikan lubang hitam. Tapi itu masih khayal.  Dengan kata lain, area di ujung lubang cacing bersifat terbuka untuk didefinisikan.

Jika lapangan sepakbola dibayangkan sebagai semesta, maka area pertahanan sebuah tim dapat dipikirkan sebagai lubang hitam.  Ke dalamnya energi serangan tim lawan tersedot habis, remuk, sehingga bola tidak bisa masuk ke dalam lubang gawang.