Ketiga, toilet itu cermin budaya bangsa. Â Toilet berbayar mencerminkan segala urusan harus pakai duit di sini. Termasuk urusan pemanfaatan sarana publik. Â Toilet jorok mencerminkan masyarakat yang "jorok", pemerintah yang "jorok", dan ketakmampuan pemerintah dan rakyat mengurus negara dan bangsa.
Ringkasnya, toilet gratis itu bisa jadi ikon motto "BUMN Hadir untuk Negeri!", khususnya untuk Pertamina. Â Komut dan Dirut Pertamina perlu tahu, mayoritas pengunjung SPBU itu berterimakasih bukan karena bisa mengisi BBM, tapi karena bisa buang hajat yang menggelegak di situ. Â Lihat toilet SPBU, ingat Pertamina!
Saran nyeleneh ini mungkin bisa dipertimbangkan Pertamina. Jadikan toilet SPBU Pertamina menjadi toilet terlogis, teretis, dan terestetis di dunia.Â
Buat inovasi untuk diferensiasi. Misalnya menanamkan alat tes urin dan feses digital. Sehingga pengguna langsung bisa tahu kondisi kesehatannya.
Atau integrasi local wisdom soal buang hajat adalah daur-ulang energi. Isi septic tank bisa diproses untuk produksi biogas bagi keperluan masak restoran di SPBU.
Bagus lagi jika bisa bikin teknologi toilet yang mampu merangsang orang untuk BAB dan BAK. Itu solusi maslahat untuk mereka yang susah BAB dan BAK.Â
Siapa tahu juga, ya, ini khayalan kenthir, saking hebatnya (great) toilet SPBU Pertamina, suatu saat bisa menciptakan peluang bisnis "Wisata Toilet SPBU" pula. Pertama di dunia, bukan? Ini era ekonomi kreatif, Bung! (eFTe)
Â
Â
Â
