Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Gagal Kalah Tiga Kali, Tidak Datang ke Kompasianival 2021

18 November 2021   13:47 Diperbarui: 18 November 2021   14:56 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kompasiana Award 2021 (Dok. Kompasiana)

Jika kamu sibuk mengulik ikhwal sebutan "burung" untuk anulaki, maka kamu mustahil menjadi nomine Kompasiana Award di Kompasianival 2021.  Hal itu sudah dibuktikan Acek Rudy.  Hari ini dia mengagihkan artikel "Mengapa Alat Kelamin Pria disebut 'Burung'? Panjang Ceritanya." (K. 18/11/2021). (Huruf d pada "disebut" harusnya kapital. Itu kesalahan Acek.)

Bukan ulikan "burung" itu yang jadi masalah, tapi kandungan sesat pikir (logical fallacy)  pada isi artikel. Bukannya mengritik sebutan "burung"untuk anulaki, Acek malah berjibaku mengamininya.  Alasannya, paruh burung dan anulaki itu sebangun.  Ada pula sepasang telurnya.

Pelambangan anulaki dengan paruh burung itu sesat pikir karena dua hal. Pertama, paruh burung itu belah-dua, atas dan bawah, seperti unjung tang cucut.  Wahai, kamu lelaki, periksalah anulakimu.  Apakah belah-dua seperti tang cucut atau moncong ikan cucut?  Tak adalah bentuk anulaki semacam itu.  

Kedua, anulaki itu instrumen kelakian sehingga tak mungkin dia bertelur seperti burung. Jadi menyebut "burung" dan "telur" dalam satu frasa berimplikasi penegasian pada pemaknaan "burung" sebagai simbol kelakian. Masa sih laki bertelur. 

Acek Rudy dan artikel kisah "burung"-nya itu sengaja Engkong Felix ambil sebagai contoh saja. Sebab sulit menemukan kualitas sesat pikir semacam itu dalam artikel-artikel Engkong.  Ada juga sesat pikirnya lebih parah dari itu. Bisa dibilang superparah.

Jadi, dengan artikel-artikel sesat pikir superparah, yang berkamuflase humor, wajar sebenarnya bila Engkong gagal menjadi nomine K-Award K'nival 2021 ini. Tak ada tempat untuk produsen noise di K'nival 2021. Itu rumah bagi produsen voice. Dan semua nomine 2021 itu, menurut Engkong, memang produsen voice terbaik di K sepanjang tahun ini. Engkong dukung kalian semua!

Kendati begitu, Engkong tetap saja kecewa.  Engkong sejujurnya berharap pada Kompasianival 2021 ini terpilih menjadi nomine Best in Opoini.  Maksudnya terbaik dalam produksi artikel-artikel yang sukses menimbulkan reaksi "Opo ini?" setelah membacanya.  Karena artikel-artikel produksi Engkong serba tak jelas dan mustahillah dipahami. Bagaimana mungkin untuk memahami noise?

Apakah Engkong kecewa karena mengharap kemenangan? Tidak, saudara. Justru sebaliknya, Engkong mendambakan kekalahan. Sehingga sukses mencetak rekor baru Kompasianival, tiga kali gagal meraih K-Award secara berturut-turut (2019, 2020, 2021). Dengan begitu, Engkong bisa mengalahkan rekor Prov. Al Pebrianov.  Sekarang kami masih draw, 2-2. Gagal maning gagal maning. Target Engkong:  gagal maning gagal maning gagal maning.

Untunglah ada penghiburan dari David Abdullah. Kompasianer terbilang milenial yang sudah kenthir sejak lahir ini tampil sebagai salah seorang nomine Best in Opinion.  Selamat, Brother, you're the best in my mind.  Kalau kali ini dikau gagal menang, ingatlah, bahkan Engkong sudah gagal tiga kali kalah. (Untuk semua nomine lain, semoga semua menjadi juara kembar lima).

Juga penghiburan dari kompasianer tani kenthir asli Pacar-Manggarai NTT, Guido Arisso.  Dia amat senang tahun 2021 ini kembali menjadi salah seorang nomine Best in Citizen Journalism.  Dia mengubungi lewat WA mengabarkan sebentar lagi cita-citanya akan tercapai:  menyamai rekor Engkong Felix berturut-turut dua kali gagal memenangi K-Award. Tabahlah, Guido, dikau masih muda. Kakartana masih jauh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun