Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Begini Rasanya Dua Kali Kalah "Best in Opinion" di Kompasianival

13 November 2021   18:29 Diperbarui: 13 November 2021   21:07 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kompasianival 2021 (Dok. kompasiana)

Tanyakan pada Engkong Felix, bagaimana rasanya dua kali kalah perebutan K-Awards Best in Opinion di Kompasianival. Jangan pada Prov. Pebrianov. Dia sudah tiga kali kalah. Sehingga sudah hilang rasa.  

Tapi kalau mau tahu bagaimana rasanya dighosting artikel sendiri di Kompasiana, tanyalah Prov. Pebrianov. Kemarin (12/11/2021) dia mengagihkan artikel "Demi Keadilan, Agenda Kompasiana Awards Dihapus Saja". Artikelnya muncul di line-up "Artikel Pilihan", tapi jika diklik, pembaca diarahkan ke halaman utama K, bukan ke artikelnya. 

Itu terjadi karena artikelnya mengandung frasa terlarang "Felix Tani kompasianer kere". Hal itu Engkong ketahui setelah membaca artikelnya di situs pembajak SiapGrak!Com. Begitu hebatnya situs ini sehingga mampu membajak artikel yang tak terbaca di K.

Jurkam setia yang menggolkan Engkong jadi nomine Best in Opinion, tahun 2019 dan 2020, adalah Mas Susy Haryawan. Tapi untuk 2021, dia ogah mendukung. Sebab keledai pun tak sampai dua kali terjerumus ke dalam satu lubang yang sama.

Baiklah. Untuk tahun 2021 ini memang tak ada yang bisa dilihat pada Engkong Felix.  Bahkan fotonya pun tidak. Sebab foto profilnya adalah ibu-ibu tani yang sedang mencabut semai padi. Engkong Felix sendiri sedang memoto mereka.

Sejujurnya, tahun 2021 ini adalah tahun bising (noise) untuk Engkong Felix di Kompasiana. Hampir semua artikelnya picisan. Dominan humor kritik kepada Admin K, dan humor risakan (bullying) pada  Kompasianer. 

Hanya sesekali Engkong menulis artikel opini rada-rada serius. Itupun jika terpicu menanggapi artikel bagus anggitan kompasianer muda cerdas. Semisal Guido, Suherman, Wuri Handoko, dan Gregorius Nyaming.  Wuri.  Sebab kalau artikel jelek, tak ada yang bisa dikatakan tentangnya kecuali "Semprul!" Itu berlaku untuk artikel anggitan Acek Rudy, Prov. Pebrianov, Susy Haryawan, dan Felix Tani.

Kadang juga sedikit serius menulis opini jika terpicu menanggapi satu dua isu yang viral di media massa dan medsos. Semisal soal pandemi Covid 19, ulah selebmedsos, dan ujaran sembrono politisi. 

Dulu sebenarnya Engkong kerap menulis opini soal kinerja  Gubernur Jakarta Anies Baswedan. Sekarang berhenti dulu. Sebab Engkong melihat kerja gubernur ini mengalami stagnasi. Bahkan dalam berkata-katapun sudah repetitif.  Jadi apa yang mau ditulis?

Juga, masih dulu ya, kerap menulis seputar sosiologi Batak Toba. Sementara ini berhenti dulu. Sebab sudah muncul kompasianer Batak milenial yang tetnyata lebih cerdas dari Engkong. Jadi, biarlah mereka yang bicara tentang sukunya.

Engkong hanya ingin bilang, sekarang ini Engkong  bukan saja kompasianer "kolonial". Tapi lebih dari itu, kompasianer terbelakang. Dan dalam keterbelakangan itu, Engkong hanya bisa sibuk menebar noise. Mengritik Admin K dan merisak kompasianer yang sudah melaju jauh ke tataran "opini bermakna". Ya, sirik nyinyir  tanda tak mampu. Begitulah Engkong, si jompo yang menolak pensiun berpikir ini. 

Jika ada yang buksn noise dari Engkong, maka itulah novel "Poltak" yang sudah memasuki nomor #080. Tapi itupun Engkong tak yakin sebenarnya. Sebab "Poltak" itu novel anarkis yang mungkin mengganggu pikiran waras pembaca. Dengan kata lain, "Poltak" mu gkin noise juga.

Bukan sebuah kebetulan Admin K merilis tagline "Dari Noise ke Opini Bermakna" pada ulangtahun ke-13 Kompasiana. Itu adalah kode halus: Pemenang K-Award Kompasianival 2021 adalah para pendekar opini bermakna. Para provokator noise? Ke Gang Sapi saja!

Jadi, bagimana rasanya dua kali kalah dalam persaingan merebut posisi  Best in Opinion dalam Kompasianival 2019 dan 2020? Bangga, merasa terhormat! Karena Engkong kalah dari kompadianer hebat: Leya Cattleya (2019) dan Romo Bobby "Berbagi" (2020).

Akan halnya Leya Cattleya dan Romo Bobby, mereka berdua sungguh kasihan, karena hanya  mampu mengalahkan Engkong Felix yang sudah menghitung usia jompo.(eFTe)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun