Engkong hanya ingin bilang, sekarang ini Engkong  bukan saja kompasianer "kolonial". Tapi lebih dari itu, kompasianer terbelakang. Dan dalam keterbelakangan itu, Engkong hanya bisa sibuk menebar noise. Mengritik Admin K dan merisak kompasianer yang sudah melaju jauh ke tataran "opini bermakna". Ya, sirik nyinyir  tanda tak mampu. Begitulah Engkong, si jompo yang menolak pensiun berpikir ini.Â
Jika ada yang buksn noise dari Engkong, maka itulah novel "Poltak" yang sudah memasuki nomor #080. Tapi itupun Engkong tak yakin sebenarnya. Sebab "Poltak" itu novel anarkis yang mungkin mengganggu pikiran waras pembaca. Dengan kata lain, "Poltak" mu gkin noise juga.
Bukan sebuah kebetulan Admin K merilis tagline "Dari Noise ke Opini Bermakna" pada ulangtahun ke-13 Kompasiana. Itu adalah kode halus: Pemenang K-Award Kompasianival 2021 adalah para pendekar opini bermakna. Para provokator noise? Ke Gang Sapi saja!
Jadi, bagimana rasanya dua kali kalah dalam persaingan merebut posisi  Best in Opinion dalam Kompasianival 2019 dan 2020? Bangga, merasa terhormat! Karena Engkong kalah dari kompadianer hebat: Leya Cattleya (2019) dan Romo Bobby "Berbagi" (2020).
Akan halnya Leya Cattleya dan Romo Bobby, mereka berdua sungguh kasihan, karena hanya  mampu mengalahkan Engkong Felix yang sudah menghitung usia jompo.(eFTe)