Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Kekerasan" dalam Pelajaran "Perspektif" di Sekolah

5 Oktober 2021   06:26 Diperbarui: 5 Oktober 2021   07:56 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perbandingan prinsip perspektif antara lukisan dan foto (Foto: Koleksi Lintang)

Dalam kasus itu, di mana letak kekerasan prinsip perspektif terhadap budaya 

Begini. Orang Jawa pedesaan tempo dulu, juga Bali, karena tak makan sekolah formal, tak mengenal prinsip perspektif.  

Coba perhatikan relief di candi-candi, atau lukisan Bali asli.  Tidak ada prinsip perspektif di situ, bukan? Ukuran semua objek, misalnya manusia, sama saja. Tak ada konsep dekat (besar) dan jauh (kecil).

Begitu juga pada pertunjukan wayang kulit. Tak berlaku perspektif. Tokoh wayang selalu bergerak maju-mundur dari samping kiri dalang (Kurawa) dan samping kanan (Pandawa).  Atau dari bawah ke atas, atau sebaliknya, untuk tokoh yang bisa terbang (Gatotkaca, Batara Narada). Tidak ada tokoh wayang yang bergerak dari depan ke belakang, atau sebaliknya.

Apa makna relief, lukisan, dan wayang yang tak menerapkan prinsip perspektif itu.  Itu pemanggungan nilai-nilai kedekatan, kesetaraan, dan konformitas dalam masyarakat Jawa/Bali. Semacam perayaan   kebersamaan dalam komunitas.

Itulah yang dihajar oleh prinsip perspektif dalam poster transmigrasi tadi. Pelukisnya tak hirau pada prinsip non-perspektif dalam budaya Jawa desa. 

Akibatnya timbullah resistensi, penolakan terhadap transmugrasi. Prinsip orang Jawa, mangan ora mangan waton ngumpul, dimainkan di situ.

***

Prinsip perspektif itu diajarkan secara formal pada murid-murid sekolah aras SD. Mediumnya pelajaran "menggambar perspektif".  Lazim diajarkan di kelas dua. 

Guru lazim memberi contoh di papan tulis. Di mulai dengan menggambar dua gunung berimpit di bidang tengah-atas. Lalu matahari ngintip di antara dua gunung itu. Plus gerumbul-gerumbul awan di atasnya.

Dari antara dua gunung itu, dua garis ditarik secara frontal ke bidang-bawah. Jarak dua garis itu nol (berimpit) di celah gunung, lalu semakin lebar ke depan (bawah). Itulah gambar jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun