Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Kekerasan" dalam Pelajaran "Perspektif" di Sekolah

5 Oktober 2021   06:26 Diperbarui: 5 Oktober 2021   07:56 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perbandingan prinsip perspektif antara lukisan dan foto (Foto: Koleksi Lintang)

Lebih bagus lagi kalau kedua anak itu  dari satu kelas yang sama. Sehingga kemampuan gambar perspektif keduanya sebanding. Karena diajarkan oleh guru yang sama, ceteris paribus.

Nah, ternyata tak terlalu sulit untuk bersikap adil dan menghindari kekerasan terhadap karya lukis anak TK, bukan?

***

Prinsip perspektif itu sejatinya bernilai baik dalam dirinya.  Setiap orang perlu memahaminya. Agar mampu memperkirakan ukuran berdasar pandangan mata. Juga supaya bisa memahami konstelasi benda-benda, di bumi maupun di langit.

Itu gunanya belajar tentang perspektif, semisal gambar perspektif, di sekolah.

Tapi kemampuan menampilkan perspektif bisa juga menjadi sumber  kekerasan terhadap budaya. Mungkin tanpa disadari.

Pernah ada kasus begini. Departemen Transmigrasi bikin poster situasi gemah-ripah loh jinawi di daerah transmigrasi.  Di latar depan digambarkan ibu-ibu gemuk, cantik, gembira ria membawa hasil bumi.[1]

Lalu, jauh di latar belakang digambarkan bapak-bapak bekerja di sawah/ladang, dalam ukuran lebih kecil.  Sesuai prinsip gambar perspektif, tentu saja.

Maksud hati menggugah minat warga pedesaan Jawa bertransmigrasi ke luar Jawa. Apa daya, warga malah menolak transmigrasi. 

Mengapa? Ternyata setelah melihat poster itu, warga menyimpulkan transmigrasi membuat para istri gemuk sehat. Tapi sebaliknya menjadikan para suami kurus kecil.  

Nah, akibatnya para suami, pengambil keputusan dalam keluarga, menolak transmigrasi. Mereka ogah menjadi kurus kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun