Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Kekerasan" dalam Pelajaran "Perspektif" di Sekolah

5 Oktober 2021   06:26 Diperbarui: 5 Oktober 2021   07:56 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perbandingan prinsip perspektif antara lukisan dan foto (Foto: Koleksi Lintang)

Yah, namanya juga lukisan manual anak kecil. Coba lihat gambar enam pohon terdepan. Hampir sama ukurannya, kan? Begitupun marka jalan.

Selesaikah persoalan?  Oh, tidak, saudara-saudara! Urusannya saya perpanjang, ya.

***

Begini. Senomor soal ujian tidak saja mesti logis. Tapl juga harus etis. 

Soal di atas bolehlah dibilang logis. Tapi untuk dibilang etis, tunggu dulu.  

Ada indikasi ketakadilan di situ. Membanding lukisan anak TK dan foto tangkapan kamera untuk menilai penerapan prinsip perspektif, jelas bukan sesuatu yang adil. Sudah pasti kalahlah karya lukis anak TK.

Mungkin tak pernah disadari. Itu tergolong kekerasan pula pada "lukisan anak TK". Karena memaksanya tanding presisi perspektif melawan sebuah foto.  Jelas bukan tandingannya.

Kalau saja saya yang ditanya, saya  akan jawab [a].  Alasannya, anak TK yang melukis pemandangan itu telah berusaha menerapkan prinsip perspektif sepenuh hati dan segenap daya.  Kata orang hukum, ada mens rea, niat, menerapkan prinsip perspektif di situ.

Sebaliknya, pada foto ruangan gereja takada mens rea untuk menerapkan prinsip perspektif. Kamera sendiri yang bekerja menerapkannya, tanpa ikhtiar dari pemoto. 

Tapi masa sih tega menandingkan tangkapan kamera dengan coretan anak TK?  Itu gak imbang banget. Terlalu!

Karya lukis seorang anak TK idealnya, ya,   mestinya dibandingkan dengan karya anak TK lainnya.  Itu baru adil namanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun