Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Saipul Jamil, Kemiskinan Moral, dan Kekangan Moral

8 September 2021   21:48 Diperbarui: 9 September 2021   16:01 2390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyanyi dangdut Saipul Jamil usai bebas dari penjara Lapas Kelas 1 Cipinang, Jakarta Timur, Kamis, (2/9/2021).(KOMPAS.com/BAHARUDIN AL FARISI)

"Reaksi pengenyahan atau cancel culture terhadap Saipul Jamil adalah sanksi sosial untuk pemulihan dan penegakan moralitas di ruang publik" -Felix Tani

Seandainya tidak ada "pesta selamat datang" (welcome party) untuk Saipul Jamil selepas dari penjara.  Ya, seandainya tidak ada kalungan bunga.  Tidak ada tunggangan sedan merah kap terbuka.  Tidak ada liputan stasiun televisi swasta.  Tidak ada ekspose kontrak eksklusif siaran televisi.   Maka sangat mungkin tidak ada "reaksi pengenyahan" (cancel culture) dari publik.

Seandainya Saipul bersikap "tahu diri",  lalu diam menata diri seperti Nazril Irham, maka perlahan-lahan dia pasti bisa "diterima" kembali di ruang publik.  "Diterima", dalam tanda petik.  Sebab publik telah melekatkan stigma "amoral" padanya.  Karena kejahatannya dulu mencabuli seorang anak lelaki di bawah umur.

Untuk kejahatannya itu, Saipul telah menjalani hukuman "setimpal", 5 tahun penjara. Dikurang masa tahanan dan remisi, maka per 2 September 2021 dia bebas dari penjara untuk kasus pencabulan itu.  Tambahan 3 tahun penjara karena dakwaan penyuapan terhadap panitera pengadilan, masih menunggu putusan PK dari MA.

Tapi 5 tahun di dalam penjara agaknya tak cukup bagi Saipul untuk pengayaan moralnya. Pada hari pertama dia keluar dari LP Cipinang, dia langsung mempertontonkan "kemiskinan moral".  Sehingga mengundang "kekangan moral berupa "reaksi pengenyahan" dari publik.

Kemiskinan Moral:  Defisit Empati Sosial dan Kekang Moral Individual

Pada saat Saipul berkalung karangan bunga, lalu berdiri merentangkan tangan di atas sedan merah, pada saat itulah dia mempertontonkan gejala defisit empati sosial.  

Bisa dipastikan dia tak memikirkan sama sekali perasaan korban pencabulannya.  Tak memikirkan perasaan keluarga korban.  Dan tak memikirkan "perasaan publik" atas kejahatannya di masa lalu.

Dia tak berpikir bahwa korban dan keluarganya, dengan trauma yang mungkin masih tersisa, bisa saja merasa terlecehkan lagi karena laku arogansinya.

Dia juga tak berpikir bahwa, dengan arogansinya itu, publik merasa dilecehkan juga. Sebab publik memiliki memori kolektif tentang pencabulan yang dilakukannya. Publik juga memiliki ekspektasi "pertobatan" pada dirinya, sekurangnya dalam wujud perilaku "tahu diri". Menahan diri dari perayaan dan euforia.

Laku Saipul itu dapat disebut gejala defisit empati sosial. Dan itu adalah indikasi pertama kemiskinan moral sosial pada diri seseorang.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun