Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Don Quixote de la Kompasiana dan Provokasi Persetubuhan

6 September 2021   19:01 Diperbarui: 6 September 2021   21:12 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Don Quixote de la Mancha (Foto: gramedia.com)

Acek Rudy lagi getol mengulik persetubuhan. Bagaimana Engkong Felix gak ngomong begitu. Dalam dua hari terakhir, dia sudah menulis dua artikel tentang hal itu.  

Kemarin dia menulis "Cara Membuat Tulisanmu Disetubuhi Banyak Pembaca" (K. 5/9/2021).  Aih, hari Minggu ngomong soal persetubuhan. Bukannya pergi cuci mata ke kolam renang.

Hari ini, kembali dia menulis "Cara Menyetubuhi Pembaca Melalui Tulisan" (K. 6/9/2021).  Itu melanjutkan yang kemarin. Acek Rudi belum sampai di puncak rupanya.

Otak harap jangan mendadak ngeres membaca kata "persetubuhan".  Ingat, Acek Rudy itu "murid gelap"  Daeng Khrisna Pabichara. (Jangan tanya di mana lelaki ini kini.)  Daeng Khrisna itulah, bukan Vatsyayana,  yang memperkenalkan "persetubuhan" pada Acek Rudy. (Yang tak kenal Vatsyayana, segera googling.)

Pasangan "tubuh", kata Daeng Khrisna, adalah "tabah". Menabahkan tubuh, menubuhkan tabah.  Itu filosofi Daeng Khrisna menyiasati sulitnya hidup.  (Kalau tak sulit, gak perlu tabah, dong.)

Bersetubuh dengan tabah berarti dirimu setubuh dengan tabah.  Penabahan tubuh adalah menjadi tabah dengan tubuh. 

Bingung? Pasti!  Siapa pula yang paham makna kata-kata Daeng Khrisna.  

Jangankan Engkong Felix, apatah Acek Rudi si "murid gelap" itu.  Daeng Khrisna sendiri kerap bingung makna kata-katanya.  Sehingga terkadang malah nanya Engkong.  Lah, mana Engkong tahu?

Tapi Engkong Felix coba sederhanakan saja. "Membuat tulisanmu disetubuhi banyak pembaca"  berarti tulisanmu harus cantik-molek atau ganteng-sekel.  Dengan begitu banyak pembaca terangsang menggaulinya. Untuk memuaskan hasrat ingin tahu, ingin cerdas, ingin ketawa, dan lain-lain.

Kalau dipikir-pikir, "amoral" juga, ya. Sebab penulis harus menjadi mucikari.  Mengasong-asongkan tulisannya kepada para pembaca "hidung belang" atau "girang" .  

"Menyetubuhi pembaca melalui tulisan" berarti tulisanmu harus mampu memuaskan segala rupa hasrat para pembaca "hidung belang" atau "girang".  Jadi, tulisanmu harus menjadi "anu" yang "anu banget", sehingga pembaca akan "nganu" sampai "teranu-anu". Paham, kan, maksudnya?  Ojo ngeres. 

Nah, itulah provokasi persetubuhan  dari Acek Rudy.  Astaganaga, baru sadar.  Ternyata itu tip menulis di Kompasiana.  

Tapi sudahlah.  Acek selamanya akan begitu. Kalau gak nulis kamasutip, ya, nulis numerotip.  Kalau nulis di luar itu, berarti kamuflase.

Selaku Don Quixote de la Kompasiana, terang saja Engkong Felix terprovokasi mencoba tip persetubuhan dari Acek Rudy. Maklumlah, jumlah pembaca artikel-artikel Engkong kini selalu di bawah 1,000 upv.  Mau dong, jumlah pembacanya di atas 100 upv.

Dasar Don Quixote, dia hanya bisa perkasa menghadapi "musuh khayal".  Itu artinya, pertama, Engkong harus membayangkan para Kompasianer sebagai pembaca "hidung belang" dan "girang" yang haus belaian dan teman-temannya.  

Itu menjadi masalah besar abad ini.  Kalau membayangkan Acek Rudy sebagai pembaca "hidung belang", tak pala sukarlah itu. Memang ada bakatlah dia. 

Tapi membayangkan Pak Tjiptadinata sebagai pembaca "hidung belang"?  Atau Ibu Roselina sebagai pembaca "girang".   Alamak, bisa gagal masuk surga awak ini.

Kedua, Engkong harus memoles artikel menjadi sosok uniseks yang menyedot gairah para Kompasianer "hidung belang" dan "girang".  

Di situ Engkong tak tegaan.  Masa sih artikel mesti dioplas, didempul, dibrazilian-wax, dikelantang (whitening), disix-pack, diwewangi, dan sebagainya?  Hanya demi menarik minat dan memusaskan hasrat para pembaca "hidung belang" dan "girang"? Alamak, bisa dua kali gagal masuk surga awak.

Singkat kata, tip Acek Rudy melebihi kegilaaan bahkan halusinasi Don Quixote de la Kompasiana alias Engkong Felix.  Di luar batas kekenthirannya membayangkan para Kompasianer sebagai lawan bersetubuh.  Juga di luar batas halusinasinya menganggap tulisan sebagai alat bersetubuh yang mampu memuaskan hasrat-hasrat lawan setubuh. 

Intisari tip Acek Rudi  adalah "menulis sebagai proses persetubuhan". Aih, tampaknya, itu termasuk dosa tak berampun bagi Don Quixote de la Kompasiana aka Engkong Felix.

Jadi, harus bagaimanakah?  Gampang itu.  Kata Engkong Felix, sambil menyontek gaya Frank Sinatra, ah, bukan, gaya Elvis Presley, "I did it my way!" (eFTe)

*Agar ceritanya nyambung, silahkan baca artikel "Don Quixote de la Kompasiana" (lupa di K tanggal berapa).

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun