Bapak dan ibu mertua Parandum manggut-manggut. Â Parandum dan Dumariris tersenyum tanda setuju. Â Harry, Richard, dan Martin sedikit melongo.
"Kau mau jadi anak kota seperti kami, Poltak?" tanya Harry. Â Dia berpikir Poltak berminat pindah sekolah ke Kisaran.
"Tidak, tulang," jawab Poltak, tegas. Â "Aku tetap mau jadi anak desa. Â Tapi anak desa yang berpengetahuan luas." Â Semua terdiam. Tak ada yang sangka jawaban Poltak begitu.
"Ya, ompung mengerti," bapak mertua Parandum memecah hening.  "Nanti, setiap bulan, majalah Si Kuncung dan Kawanku akan dikirim kepada Poltak. Setelah selesai dibaca Harry dan adik-adiknya.  Bisa dititip lewat supir 'Permos'."
Mulut Poltak spontan terganga, matanya terbelalak nyaris lompat dari liangnya.  Ekspresi kaget dan terimakasih yang memicu ledakan tawa di ruang makan pada  malam itu.(Bersambung)
Â