Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #073] Pelajaran Adab Anak Kota

3 September 2021   05:54 Diperbarui: 3 September 2021   05:53 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ini penghinaan!" teriak Poltak  palak, naik pitam, dalam hati.

Darahnya terasa muncrat dari jantung ke otak. Ubun-ubunnya serasa berasap terbakar emosi. Kakinya ingin terbang menerjang Martin, tulangnya itu. 

Tapi Poltak adalah anak Batak yang beradat. Semuda apapun umur dan sekecil apapun badan tulangmu, dia tetaplah tulangmu.  Tulang itu hula-hula. Dia dewata yang tampak, sumber karunia. Harus dihormati dan dimuliakan.

Perkawinan Parandum dengan Dumariris telah menegakkan relasi hula-hula dan boru. Keluarga Dumariris menjadi  hula-hula. Sedangkan keluarga Parandum jadi boru.

Berada pada posisi boru, semua saudara lelaki Dumariris adalah lae, ipar bagi Parandum. Poltak terbilang anak untuk Oarandum. Maka semua lae Parandum adalah tulang baginya. 

"Oi, asyik!  Ada nenas!"  Richard dan Martin serempak berteriak gembira.  

Keduanya berlari menyongsong Poltak.  Lalu, sambil tertawa, mengambil alih dua gandeng nenas dari tangan Poltak.

"Ayo, masuklah," Martin menarik tangan Poltak masuk ke dalam rumah. 

Bayangan tentang  Martin  yang sombong langsung sirna dari benak Poltak.  Ketiga tulangnya itu ternyata anak kota yang ramah. Hanya saja, bicaranya ceplas-ceplos.

Di dalam rumah, bapak dan ibu mertua Parandum menyambut kedatangan Poltak. Ramah, sangat ramah.  Poltak memanggil mereka ompung doli dan ompung boru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun