Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Kompasiana: Dari Politik ke Politrik

16 Agustus 2021   06:46 Diperbarui: 16 Agustus 2021   07:32 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tangkapan layar halaman muka Kompasiana (Dokpri)

Harus diakui, Kompasiana dibesarkan oleh politik. Maksud Engkong Felix, kontestasi politik nasional 2014 dan 2019, dengan selingan Jakarta 2017, telah membuat Kompasiana riuh-rendah oleh opini pro-kontra  dan, karena itu, banjir pembaca. Waktu itu spoiler manga dan anime tak lebih dari sekadar kegilaan bagi anak sekolahan.  

Pada masa itu Kompasiana disesaki para penulis "besar" politik. Tulisan mereka sangat berani dan selalu menangguk ribuan pembaca. Engkong tak hendak menyebut nama-nama mereka karena kuatir jadi  "besar kepala". 

Lagi pula hampir semua sudah pensiun dari Kompasiana. Yang masih bertahan adalah Susy "The Last of the Mohicans" Haryawan.  

Sebenarnya ada seorang lagi yang masih bertahan: Pebrianov alias Prov(okator) Al Pepeb.  Menggunakan pisau analisis posmo, tulisan-tulisan politiknya selalu tajam dan terpercaya. 

Sayang, ambisi menjadi Admin 2222 telah mengubah jalan hidupnya. Sekarang dia sibuk bikin baliho kampanye Admin Kompasiana 2222. Jargonnya: Setiap Artikel Langsung Headline!

Sampai 2020 sisa-sisa kejayaan artikel politik di Kompasiana masih tampil dengan generasi penulis "baru".  Semisal Fery Widiatmoko dan Ajinatha. Keduanya pernah mendapat sanksi blokir akun dari Admin K.

Artikel-artikel mereka selalu menempati slot terpoluler dan nilai tetinggi di Kompasiana. Raihan K-Rewardsnya ada di puncak piramida. Tak macam Engkong yang K-Rewardsnya gak cukup bayar soto Mas Karso.

Pada tahun 2020 juga Engkong menulis artikel-artikel kritik untuk artikel politik Kompasiana. Bukan mengritik penulisnya tapi isi artikelnya. Menurut Engkong, isi artikel-artikel politik tahun 2020 tidak sebernas sebelumnya. 

Ada kecenderungan reproduktif, mengulang berita media arus-utama, tanpa data baru dan analisis ketat. Engkong bilang waktu itu: dangkal, reproduktif, dan repetitif. Cuma menang heboh saja, semacam air beriak (tandanya apa?) 

Benar saja. Memasuki 2021, dominasi artikel politik di slot terpopuler berhasil ditumbangkan oleh artikel-artikel spoiler "manganime" (manga dan anime) dari pendatang baru, Steven Chaniago dan kawan-kawan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun