Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #059] Persetujuan di Pintu Gerbang Simarnaung

26 Juli 2021   16:21 Diperbarui: 20 Agustus 2021   12:46 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kolase foto oleh FT (Foto: kompas.com/dok. istimewa)

Cita-cita Poltak menjadi pastor tak serta-merta mendapatkan persetujuan dari ayahnya. Setelah neneknya menyebut-nyebut nama Yesus Kristus, Anak Sulung yang Tunggal, ayah Poltak tak mendebat lagi. Tapi juga tak menyatakan persetujuan.  Diam saja. Nenek Poltak juga tak berpanjang kata lagi.

Di sekolah, panggilan "calon pastor" kerap ditujukan teman-temannya kepada Poltak.  Gurauan, sekaligus penerimaan, dorongan, dan doa.  Berta pun tak mempertanyakan lagi keseriusan Poltak.  Sikapnya tetap seperti sedia kala.  Teman yang baik.

"Poltak, besok temani among marhalung, ke hutan Simarnaung, ya?" Ayahnya  mengajak Poltak marhalung,  mengambil kayu di hutan dan menariknya ke kampung menggunakan tenaga kerbau jantan.  

"Ikutlah dengan amongmu." Nenek Poltak memberi ijin tanpa diminta.  Poltak adalah anak amongnya. Kenapa pula harus dilarang.

Malamnya Poltak ikut tidur di rumah orangtuanya di Robean.  Satu tikar pembaringan dengan adik-adiknya, Benget dan Sahat.  Adik perempuannya, Tiurma dan Riama yang lahir setelah Sahat, tidur di tikar pembaringan lain.

Benget sekarang sudah kelas tiga SD Hutabolon, sedangkan Tiurma baru masuk kelas satu. Sahat dan Riama belum sekolah.

Seumumnya orang Batak, among dan inong Poltak hidup dengan pikiran "kalau bisa banyak anak mengapa harus sedikit."  Itu sesuai nilai anakhonhi do hamoraon di ahu, anakku itulah kekayaaanku.

Soal apakah anak-anak dikasih makan apa nanti, tak usahlah dipikir.  "Bukankah burung-burung di langit menuai dari ladang padi yang tak ditandurnya?  Bukankah bunga bakung di ladang bersalin cantik tanpa menenun pakaian untuknya?  Itulah rahasia penyelenggaraan Ilahi.  Percayalah saja, Tuhanmu yang di Surga akan menyelenggarakan segala sesuatunya bagimu.  Asalkan kamu tekun dan kerja keras."  

Itu penggalan kotbah Pastor Jennisken, Pastor Paroki Parapat, saat pembabtisan Poltak dulu. Pesan kotbah itu melekat betul dalam sanubari ayah Poltak.  

"Poltak, bangun. Kita segera berangkat."  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun