Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nostalgia Kue Onde Ketawa

7 Juli 2021   19:50 Diperbarui: 8 Juli 2021   13:07 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kue onde ketawa (Foto: kompas.com/dok. sajian sedap)

Di Widuran, kota Solo, di emperan sebuah toko oleh-oleh, mataku tertumbuk pada artefak masa kecil di puncak gunung Toba: kue onde ketawa.

Nostalgia kue onde ketawa, dalam rupa gambar hidup, tertayang jernih pada layar ingatanku. Begitu jernih.

Seorang anak kecil; berdiri tegak menengadah di teras sebuah kedai kopi; tatap matanya lekat pada sebuah toples; di dalamnya bersusun kue onde ketawa; rekah berselimutkan butir-butir wijen; memancing liur keluar dari tenggorokan; mengaliri lidah dalam mulut yang rekah nganga; turun di kedua ujung bibir; mengalir dan bertaut di bawah dagu; membentuk tetesan liur; menggantung sejenak lalu jatuh di pangkal kerah kemeja; menyusup ke sela-sela jalinan benang katun; lalu mengering; tapi kue onde ketawa masih di dalam toples; tertawa kepada anak kecil itu; yang tak punya uang seringgit untuk membelinya; hanya aliran dan tetesan liur yang menghiburnya.

Nostalgia  kue onde ketawa, dalam rupa gambar hidup, tertayang jernih pada layar ingatanku. Begitu jernih, begitu perih.

Dua aliran air hangat; turun dari pelupuk mataku; menyusuri lekuk pipi kiri dan kanan, melewati kedua ujung bibir; turun lalu beraut di bawah dagu; membentuk butiran air mata, lalu jatuh di pangkal kerah kemeja;menyusup ke sela-sela jalinan benang katun; lalu mengering.

Di Widuran, kota Solo, kususuri jalan sepanjang trotoar, sambil mengunyah kue onde ketawa, dan berjuang mendustai nurani, bahwa aku telah menyembuhkan goresan luka perih di hati anak kecil itu. (eFTe)

Gang Sapi Jakarta, 6 Juli 2021 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun