Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Luka Duka Jakarta 22 Juni 2021

20 Juni 2021   07:21 Diperbarui: 20 Juni 2021   10:43 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mendung Jakarta (Foto: liputan6.com)

Di langit kota, awan hitam terlalu lelah menyimpan duka.  Hujan Juni itu akhirnya jatuh juga memerihkan luka di kemarau cinta. Mematahkan tunas asa pada antrian panjang korban pandemi di rumah sakit. Mengguratkan rona murung di wajah para penggali kubur bagi mereka yang kalah.

Kota ini sedang dicekam pandemi.

Di tanah kota, kabut hitam terlalu mudah merasuk paru warga. Masker, cuci tangan, dan jaga jarak hanya berlaku di atas spanduk dan di bibir gubernur. Vaksin corona dianggap sebagai obat kuat seketika. Monumen peti mati di perempatan jalan adalah komedi gelap gubernur yang melawak.

Kota ini sedang menambah peti mati.

Di balai kota, gubernur terlalu bahagia menghitung hasil tuaian padi dari sawah yang tak ditandurnya.  Tak peduli awan hitam sedang menikam kota dengan hujan duka. Dan kabut hitam sedang merasuk dan merusak paru warga.  Corona bangkit adalah hadiah luka untuk duka kota di pesta ulang tahunnya.

Kota ini sedang ditata-kata pemimpi.

[eFTe]

*Gang Sapi Jakarta, 20 Juni 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun