Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #055] Kakek Pulang Ingkar Janji

8 Juni 2021   17:28 Diperbarui: 9 Juni 2021   15:00 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kolase oleh FT (Foto: kompas.com/dok. istimewa)

"Aku mau ompungku pulang.  Tapi tidak seperti ini. Pulang tanpa nafas," ratap Poltak dalam hatinya yang terluka, sangat duka.

Suatu ketika, saat Misa hari Minggu di Gereja Katolik Aeknatio, pastor berkotbah,  "Tuhan akan mengambil kembali jiwa kita pada waktu yang seorang pun tak pernah tahu.  Karena itu setiap orang harus selalu menyiapkan hatinya."

Poltak sungguh tak paham makna kotbah itu. Tapi dia tahu, Tuhan telah mengambil nyawa kakeknya, seperti seorang pencuri di tengah malam. Saat dia terbangun di pagi hari, kakeknya sudah tiada. Kehilangan itu terjadi hanya selang satu malam.  

Kematian kakek Poltak adalah misteri yang disederhanakan. Menurut Parandum, malam setelah Poltak dan neneknya kembali ke Panatapan, mendadak kakek Poltak berbatuk tanpa henti, hingga kepayahan, lalu tak sadarkan diri.  Subuh hari, dokter memberitahu, kehendak Tuhan tidak dapat ditolak, kakek Poltak sudah pergi dalam damai.

Tonggoraja, rapat raja-raja  adat, memutuskan kakek Poltak berpulang sari matua. Dua dari tiga orang anaknya, anak pertama Amani Poltak dan anak kedua Nai Rumiris, sudah berkeluarga dan memberinya cucu.  Tinggal Parandum, anak bungsu, yang belum menikah.

Adat sarimatua dijalankan.  Rangkaian upacara adat itu berlabgsung tiga hari dua malam. Seluruh unsur kerabat Dalihan na Tolu, yaitu hula-hula, dongantubu, dan boru harus lengkap hadir. 

Parjambaron, pengakuan eksistensi dan hak adat setiap unsur kerabat, disimbolkan dengan penyerahan bagian-bagian tubuh ternak, wajib hukumnya dijalankan. Untuk itu disembelihlah seekor  namanggagat, kerbau  dan beberapa ekor pinahan lobu, babi. 

Seluruh anggota kerabat luas kakek Poltak, sebagai suhut bolon, tuan rumah utama, hadir lengkap.  Bagi Poltak, kehadiran kerabat luas itu, kakek-nenek buyutnya dan adik-adik kakeknya, seperti mengulang peristiwa adat manulangi, memberi makan kakek-nenek buyutnya dulu.  

Tapi suasananya tidak seperti itu.  Manulangi adalah peristiwa syukur, peristiwa gembira. Sarimatua adalah peristiwa sedih yang diberi makna syukur. Sebab mendiang telah pergi setelah menunaikan hampir seluruh kewajiban sosialnya sebagai orangtua.

"Poltak.  Ke sini kau, amang,"  kakek buyutnya memanggil Poltak ke sisinya, di samping peti jenazah kakeknya, tepat di tengah halaman rumah. Poltak beringsut merapat.

"Kau cucu laki pertama dalam keluarga.  Kau harus bantu bapakmu memikul sisa tanggungjawab yang ditinggalkan kakekmu."  Kakek buyutnya memberi pesan.  Suaranya pelan,  tegas, tapi nadanya tak bisa menutupi rasa duka.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun