Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mas Nadiem, Ditunggu Kebijakan "Merdeka Riset"

7 Mei 2021   15:33 Diperbarui: 9 Mei 2021   20:46 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendikbudristek RI Nadiem Makarim (Sumber: Kompas.com/ WAHYU PUTRO A)

Kebijakan "Merdeka Riset"

Konflik antara lembaga riset formal yang elitis dan petani periset otodidak itu menunjuk pada konflik antara metode konvensional (Francis Bacon) dan metode anarkis (Paul Feyerabend). Lembaga riset dan periset formal-ptofesional yang elitis itu berpegang teguh pada Bacon. Sementara para petani periset, dan warga biasa lainnya, tanpa sadar adalah penganut paham anarkisme metodologi ala Feyerabend.

Kata Feyerabend, metode apa saja boleh, asalkan logis dan etis, dan berujung pada suatu temuan yang bermanfaat, dan karena itu benar.  Petani seperti Joharipin, Munirwan, dan lain-lain ada di posisi itu. Tapi mereka tak diakui karena lembaga riset dan periset kita adalah penganut paham Baconian.

Periset otodidak, yang melakukan riset secara otonom dengan cara atau metode sendiri, adalah potensi kemajuan bangsa yang selama ini tidak diakui oleh pemerintah.  

Sekalipun hasil riset mereka terbukti bagus, birokrasi akan menghadangnya, karena dikhawatirkan akan mendisrupsi hasil-hasil riset formal konvensional.  Benih padi IF 8 misalnya dikhawatirkan mendisrupsi pasar benih padi varietas publik keluaran kementan seperti Inpago.

Kalau mau melihat kasus yang lebih besar, persoalan riset Vaksin Nusantara  yang digagas dr. Terawan dan riset Vaksin Merah Putih  yang digagas Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 BPPT, bisa diletakkan dalam konteks konflik semacam itu. Vaksin Nusantara adalah representasi metode anarkis Feyerabend dan Vaksin Merah Putih representasi metode konvensional Baconian, yang diusung BPOM.

Sebuah pertanyaan kini bisa diajukan kepada Mas Menteri Nadiem, "Apakah kebijakan riset atau ristek Indonesia ke depan akan melestarikan karakter elitisme?"  Saya berharap jawabnya, "Tidak!"  Elitisme riset membawa kerugian besar bagi bangsa ini, karena pengingkaran terhadap potensi riset otonom, otodidak, dan anarkis yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Padahal hasil-hasil riset mereka sudah terbukti membawa kemaslahatan untuk masyarakat akar rumput.

Karena itu, saya  sungguh berharap Mas Menteri Nadiem mempertimbangkan suatu kebijakan "Merdeka Riset."  Kebijakan itu tak hanya memberi ruang kepada lembaga dan periset formal-profesional. Tapi juga memberi dan mengembangkan ruang kiprah untuk para periset otonom, independen, yang melakukan riset tepat-guna dengan cara anarkis.

Kebijakan "Merdeka Riset" itu mesti menghilangkan karakter top-down dalam dunia riset Indonesia. Riset-riset independen yang merupakan kritik terhadap kebijakan pemerintah atau kebijakan makro juga diberi ruang tumbuh-kembang. Misalnya, riset pertanian alami harus diberi ruang hidup untuk mengritik dominasi riset pertanian modern yang mengagungkan teknologi kimia/biokimia sebagai contoh.

Dengan suatu kebijakan "Merdeka Riset", Kemendikbudristek diharapkan dapat mengkoordinasi dan meningkatkan potensi periset independen dalam masyarakat.  Sebab kehadiran dan kiprah mereka adalah modal sosial sangat besar untuk mendukung pembangunan.  "Merdeka Riset" dengan begitu adalah suatu kebijakan terobosan untuk memajukan bangsa dan negara. 

Setelah "Merdeka Belajar", saatnya untuk "Merdeka Riset."(efte).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun