Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #038] Penjaja Gula-Gula Susu

25 Januari 2021   12:28 Diperbarui: 25 Januari 2021   13:59 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri, diolah sendiri

Berita Jonder, biang onar tingkat dewa itu, takluk dihajar Poltak cepat tersiar di kalangan murid Kelas 1 dan Kelas 2 SD Hutabolon. Kabar yang beredar sangat distortif.  Dikisahkan sebuah tendangan telak Poltak melontarkan Jonder ke udara, sebelum jatuh telentang tak berkutik di atas tanah. Biang distorsi itu siapa lagi kalau bukan Binsar dan Bistok.

Poltak menjadi buah bibir. Dibicarakan dengan rasa segan dan kagum. Terutama oleh murid-murid perempuan yang kerap dirisak Jonder. Khususnya Berta dan Tiur, penjaja gula-gula yang kerap dikompas, dipalak Si Jonder.

"Kulaporkan kau pada Poltak." Berta dan Tiur kini punya mantra jitu penangkal Jonder. Disembur dengan mantra itu, Jonder pasti undur ciut. Pahit. Manisnya untuk Poltak.  Dia ketiban gula-gula gratis dari dua anak perempuan itu. Biasa, uang jago.

"Ompung, aku mau jualan gula-gula di sekolah." Nenek Poltak mendelik, tak yakin akan niat cucunya.  "Setan gula-gula mana tahan menjajakan gula-gula," pikirnya kritis.  Poltak memang sangat gemar mengemut gula-gula.  Sering langsung dikunyah, kretak-kretek.

"Gula-gula susu, ya, Ompung.  Beli sebungkus saja." Poltak menegaskan lagi, sebelum neneknya menaiki bus pekan-pekan yang membawanya ke Onan Tigaraja, Parapat.

Itu pembicaraan Poltak dengan neneknya hari Sabtu, pagi, minggu lalu.  Hari ini, Senin, dia sudah siap dengan sebungkus gula-gula susu di kantung celananya.  Sebungkus isinya limapuluh butir gula-gula berwarna putih dibungkus kertas minyak. 

Terinspirasi oleh Berta dan Tiur, Poltak telah berketetapan hati menjajakan gula-gula.  Laba adalah tujuan antara.  Target akhir adalah sebotol limun. Bagi Poltak, kenikmatan meneguk limun jauh di atas sekadar mengemut gula-gula.  Karena itu, dia yakin tak akan mengemuti gula-gula jajaannya.

Sekolah hampir setahun telah membuat Poltak sedikit cerdas berhitung.  Sebungkus gula-gula susu isi limapuluh butir harganya Rp 10.  Berarti  per 5 butir modalnya Rp 1.  "Akan kujual tiga serupiah.  Kalau terjual empatpuluh delapan butir, aku dapat uang enambelas rupiah.  Laba enam rupiah. Beli sebotol limun, masih sisa serupiah." Itu hitung-hitungan bisnis Poltak.  

Poltak hanya menghitung penjualan untuk 48 butir gula-gula.  Dua butir sisanya sudah bisa ditebak ke mana larinya.  Mulut asam, limun masih jauh, ada gula-gula di saku, anak kecil mana yang kuat iman.

"Gula-gula susu! Gula-gula susu! Tiga serupiah. Tiga serupiah!"  Pagi-pagi, sebelum berbaris masuk kelas, Poltak sudah menjajakan gula-gula kepada teman-teman sekelasnya.  Selepas bubaran sekolah, atau saat keluar bermain, dia jajakan lagi.  Begitu pola jualnya.

"Ini isinya susu.  Bikin kau tambah sehat dan kuat."  Poltak mempromosikan gula-gulanya kepada Polmer, pembeli pertama. Serupiah tiga. Tapi Poltak menambahkan sebutir lagi, jadi empat.  "Panglaris," katanya pada Polmer, yang menyambutnya dengan senyum semanis gula-gula susu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun