Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #035] Jangan Membohongi Guru Agama

23 Desember 2020   16:14 Diperbarui: 23 Desember 2020   16:16 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bohong itu sifat ular." Guru Gayus memberi penekanan pada sifat jahat ular. Mahluk panjang bersisik itu telah membohongi Adam dan Hawa di Taman Eden.  

Guru Gayus baru saja membacakan kisah Bibel, berbahasa Batak Toba, tentang dosa pertama manusia pertama, Adam dan Hawa. Murid-murid Kelas Satu mendengarkan dengan tertib, khidmad dan penuh minat

"Anak-anakku, siapa di antara kalian yang sering berbohong."  Pandangan Guru Gayus menyapu satu per satu wajah murid Kelas Satu, sebelum akhirnya berhenti pada wajah Jonder.

Jonder sontak tertunduk malu, rona wajahnya memerah.  Dia ingat minggu lalu telah berbohong kepada Guru Gayus.  

"Mencari haramonting, Gurunami." Jonder berbohong ketika Guru Gayus menanyakan kegiatan Poltak dan kawan-kawannya di atas bukit. Jonder berdalih mencari haramonting, keramunting, sejenis jambu-jambuan liar.

"Ompungmu haramonting!  Sejak Pak Guru lahir di Hutabolon ini, tak pernah ada haramonting di situ."

Kebohongan yang sia-sia. Jangan pernah membohongi Guru Gayus, Guru Agama. Dia sudah tahu banyak hal, tentang setiap sudut alam Hutabolon, sebelum murid-muridnya lahir.

"Jujur!" Nada suara Guru Gayus tinggi dan tegas, seakan mengancam.  Jonder keder sampai beser.

"Tanding gulat, Gurunami. Bistok bertanding dengan Polmer." 

Poltak memberi pengakuan. Pikirnya, percuma berbohong kepada Guru Gayus. 

Guru Gayus itu guru agama kawakan. Mampu membaca pikiran murid-muridnya. Itulah hebatnya guru agama kampung. Hal itu benar, setidaknya pada tahun 1960-an di Hutabolon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun