Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Pertaruhan Numerolog di Kompasianival 2020

22 November 2020   15:23 Diperbarui: 22 November 2020   15:34 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari kompasiana.com

Bukan kebiasaan saya menulis di hari Minggu. Sebab hari Minggu, sebagaimana pernah saya bilang, adalah hari istirahat jari-jari. Hal itu berlaku untuk tukang copet dan penulis.

Melanggar pantangan itu, berarti harus terima nasib sial. Jika pencopet, berarti tertangkap dan digebuki. Jika penulis, maka tulisannya jelek, sehingga pembaca minim. Masih syukur gak di-smack down Min K.

Tapi saya nekad juga menulis di hari Minggu ini. Soalnya ini tulisan tentang seorang numerolog, Daeng Rudy Gunawan. Saya tak punya hal-hal baik untuk dituliskan tentang dirinya. Jadi kloplah dengan mutu tulisan di hari Minggu: Jelek!

Begini. Bukan saya yang nemulai masalah, tetapi Daeng Rudy sendiri. Dialah yang usil utak-atik angka. Lalu tiba pada kesimpulan tentang empat Kompasianer nomine terbaik yang berpeluang besar menjadi jawara Kompasianival 2020.

Empat nomine itu adalah: Ozy Alandika (Best in Specific Interest, 13 poin), Santoso Mahargono (Best in Fiction, 13 poin), Felix Tani (Best in Opinion,12 poin), dan Kartika Eka H (Best in Citizen Journalism, 9 poin). Bagaimana Daeng Rudy tiba pada angka-angka pemeringkatan itu, sudah dijelaskannya dengan baik, walau saya tak pernah paham.

Satu-satunya yang saya paham, seorang numerolog kini sedang mempertaruhkan reputasinya di Kompasiana. Jika ramalannya tentang jawara Kompasianival 2020 itu meleset 25%, artinya cukup satu ramalan keliru, maka reputasinya sebagai numerolog perlu digugat. Barangkali, setelah itu, Daeng Rudy harus menimbang alih profesi menjadi seksolog garis kenthir. Hal itu sudah dirintisnya melalui kajian esek-esek cerdas di Kompasiana.

Mengapa jika meleset 25% reputasi Daeng Rudy harus digugat? Karena ramalan numerik dan statistik itu, menurut mashab kenthirisme, harus memiliki tingkat kepercayaan minimal 95%. Kalau meleset 25%, berarti tingkat kepercayaannya cuma 75%, bukan? Artinya, gak bisa dipercaya dan, memang, kenapa pula harus dipercaya.

Kadung sudah meramal, kini Daeng Rudy menjadi orang yang paling dheg-dhegan menanti pengumuman Jawara Kompasianival 2020. Dia kini sangat cemas bila sampai terpilih sebagai jawara Best in Specific Interest. Kalau sampai begitu, berarti ramalannya meleset 25%. Reputasinya dipertanyakan. Belum lagi menanggung rasa khianat pada (joml)Ozy Alandika.

Saya duga, hari-hari ini Daeng Rudy sedang sibuk mengirim jimat anti-menang ke rumah 16 orang nomine lainnya. Tapi dia lupa, khasiat jimat langsung musnah jika menyeberang lautan. Limabelas orang nomine lainnya ada di luar pulau Sulawesi. Hanya satu orang yang tinggal di Sulawesi, tepatnya Makasar. Namanya Daeng Rudy Gunawan.

Sudah saya ingatkan di depan tadi. Ini artikel jelek yang mengulas hal jelek. Karena ditulis pada hari Minggu. Kenapa masih baca juga?(*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun