Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #031] Rahasia Raksasa Ingusan

20 November 2020   21:21 Diperbarui: 22 November 2020   15:25 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


 "Telapak tangan dua-duanya ke atas!"  Perintah Guru Barita kepada Poltak.  Hukuman cambuk lidi akan segera dilakukan.  Karena Poltak tak bisa disuruh diam pakai mulut.

"Srot!"  Lesapan sepasang ingus Polmer melesat ke dalam hidung menimbulkan suara "srot" yang menggema ke seluruh ruangan gereja.  

"Kenapa pula kau, Polmer!" Guru Barita membentak, melotot kepada Polmer. Niatnya melidi telapak tangan Poltak dibatalkan.

"Tadi aku mengacung jari, Gurunami, mau kasih tau soal ingus Si Polmer."

Sedetik setelah dibentak Guru Barita, sepa0sang ingus Polmer mendadak terjun lagi dari lubang hidungnya. Volumenya lebih banyak.

"Amangoi.  Polmer, dorun kalilah kau."  Guru Barita memejamkan mata, memasang ekpresi jijik, karena Polmer dorun, jorok.  Spontan dia hadap kiri, lalu jalan kembali ke meja guru di depan.  Hilang nafsunya melidi Poltak.

"Poltak, bawa keluar Si Polmer.  Suruh bersihkan ingusnya.  Cepat!"  

"Bah, kenapa pula aku yang harus mengurusi raksasa ingusan ini?"  Poltak protes dalam hati, sambil menggamit lengan Polmer untuk ke luar ruangan.

"Poltak, aku takut pada Guru Barita. Suaranya keras kali pun."  Polmer memberi alasan saat Poltak menanyakan soal kehebohan ingusnya itu.  Sambil dia membersihkan ingus menggunakan daun Simarhuting-huting, perdu kopasanda.

"Bah, Guru Barita makan nasi.  Kau juga makan nasi. Tak perlulah kau takut."  Poltak menepuk-nepuk bahu Polmer.  Berempati.  Sambil membathin, "Macam mana pula ceritanya ada anak Batak yang takut pada suara keras."

Ditepuk-tepuk bahunya, Polmer menjadi tenang. Senyumnya mengembang. Ajaib, aliran ingusnya langsung berhenti. "Polmer, Polmer. Raksasa berhati lembut kau itu," bathin Poltak.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun