Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menggalang Perkenalan Antar Etnis di Kompasiana

23 Oktober 2020   17:21 Diperbarui: 28 Mei 2021   07:40 1417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi etnis Dayak (Foto: kemendikbud.go.id)

Dari membaca artikel-artikel pengenalan etnis itu, saya terkesima menemukan adanya sejumlah kemiripan struktur dan kultur antar-etnis.  Sebut misalnya kemiripan antara etnis Batak, Dayak Desa, dan Manggarai dalam sejumlah ritus adat. Semisal ritus awal musim tanam dan panen padi. Juga fungsi babi dan tuak sebagai ternak dan minuman adat.  

Apa implikasi pengetahuan akan kemiripan etnisitas semacam itu?  Dulu saya memahami Batak Sumatra, Dayak Kalimantan, dan Manggarai NTT adalah etnis-enis yang sepenuhnya  berbeda. Mereka hanya diikat menjadi satu oleh semboyan Bhinneka Tunggal Ika dalam wadah NKRI. 

Tapi kini pengetahuan atas berbagai kemiripan itu mengantar saya kepada pemahaman bahwa integrasi antar-etnik tidak melulu karena ikatan politik. Melainkan juga karena adanya relatif persamaan antar beragam etnik di nusantara.  

Jika persamaan-persamaan antar etnis itu dimunculkan ke permukaaan, sambil menghargai perbedaan sebagai kekayaan, niscaya solidaritas antar etnik akan menguat di bumi Indonesia ini. 

Celakanya, kini para politisi justru cenderung mengangkat perbedaan etnis sebagai modal politik, demi birahi kekuasaan. Itu membuat kadar solidaritas sosial antar kelompok etnis dalam masyarakat bangsa ini semakin menipis.

Saya tidak tahu apakah Admin Kompasiana, atau Grup KG, menyadari potensi Kompasiana sebagai wahana pengenalan dan komunikasi antar-etnis atau lintas-etnis.  Andai pun belum sadar, baik kiranya  diterima fakta bahwa hal itu kini sedang terjadi di Kompasiana.  Itu artinya Kompasiana, sengaja atau tidak, telah menyumbang terhadap upaya-upaya peningkatan komunikasi dan solidaritas sosial antar-etnis di Indonesia.

Tentu saya tidak bisa memaksakan keinginan di sini. Tapi sejujurnya saya sangat berharap semakin banyak rekan Kompasianer yang bermurah hati untuk memperkenalkan etnisnya lewat artikel-artikel di Kompasiana.  Bagi saya, seperti apa pun mutu artikel-artikel itu, nilainya tetaplah sama semua, yaitu sebagai informasi berharga tentang suatu etnis, langsung dari tangan orang dalam.

Baca juga: Jejak Kebhinekaan dalam Sejarah Pemukiman Swapraja Etnis Bolaang Mongondow

Bagaimana pun, memperkenalkan etnis bukanlah mengagungkan kesukuan, melainkan membuka komunikasi dengan etnis lain, demi menguatnya solidaritas dan integrasi sosial bangsa ini.

Etnis, seperti halnya seks dan akal budi, bukan pilihan melainkan karunia. Galibnya karunia, hakekatnya kebaikan. Jadi, mengapa kita tidak saling berbagi karunia demi kebaikan bersama sebagai sebuah bangsa?

Demikianlah.  Selamat Ulang tahun ke-12 Kompasiana.  Usia 12 tahun dikau sudah menyumbang terhadap persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun