Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #009] Tiga Pantat Bebirat Merah

19 September 2020   19:19 Diperbarui: 20 September 2020   11:50 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Disain sampul: Felix Tani; Foto: erabaru.com

Baru beberapa helaan nafas tiba di puncak bukit, Poltak dikagetkan kedatangan Binsar dan Bistok yang juga berurai air mata. Sama seperti Poltak, mereka juga kena sabetan batahi dari bapak masing-masing di pantatnya.  

Di Panatapan, begitulah hukuman bagi anak gembala  yang lalai dalam tugasnya.  Itu sudah menjadi tradisi. Tidak ada yang pernah menggugat keadilannya. Lagi pula, itu sesuai dengan prinsip orang dewasa di Panatapan: apa pun masalah anak kecil, batahi solusinya.

"Habislah pantatku ini," ratap Poltak sambil memlorotkan celana pendeknya, memamerkan pantatnya yang bebirat merah bekas kena sabetan batahi.  

"Aku juga," kata Binsar, lalu ikut memamerkan pantat bebirat merahnya.  

"Kita senasiblah," ratap Bistok, tak mau kalah. Dipamerkannya pula pantatnya yang bebirat merah itu.

Begitulah, di puncak bukit Partalinsiran, disaksikan matahari senja di lembayung langit barat, tiga anak saling pamer pantat bebirat merah, tanda derita yang sama di antara mereka.  

Hal itu terjadi untuk menggenapi Perjanjian Hariara Hapuloan.  Sebab Poltak, Binsar dan Bistok sudah berjanji akan sada parsorion, satu derita.  

"Poltak! Makan! Puyuh panggangnya enak!" Terdengar teriakan panggilan makan sore dari nenek Poltak di bawah bukit.

Poltak tersentak. Saling-pandang dengan Binsar dan Bistok, isyarat minta pendapat dari kedua temannya itu. Tapi keduanya diam seribu bahasa.

"Aku turunlah," putus Poltak akhirnya. Perlahan dia melangkah, ragu, menuruni lereng bukit.

"Poltak! Kau yakin akan dapat puyuh panggang di bawah sana? Bukan batahi?" Tiba-tiba Binsar berseru mengingatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun