Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Jangan Mengejar Label "Artikel Utama" di Kompasiana

18 Juli 2020   16:31 Diperbarui: 18 Juli 2020   18:33 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Artikel Utama yang Tak Disangka (Tangkapan Layar Kompasiana)

Jika saya hanya mengejar label Artikel Utama (AU) di Kompasiana maka saya tidak akan pernah menulis artikel ini.  

Jenis artikel semacam ini bukanlah selera Admin K.   Atau persisnya, sesuai watak kapitalis K, artikel "recehan" seperti ini pasti dinilai tidak memenuhi kebutuhan dan  selera konsumen media sosial daring. Karena itu dia tak layak ditampilkan sebagai AU. Rugi bandarlah.

Dari pengalaman saya tahu, atau setidaknya bisa menduga, tipe artikel macam apa yang berpeluang besar dilabeli AU. Atau mungkin tepatnya punya intuisi tentang artikel yang layak diposisikan sebagai AU.  

Saya bilang, "Intuisi!" Camkanlah itu, kawan. Jadi kamu tolong jangan tanya kriteria obyektifnya. Sebab intuisi itu subyektif. Kendati dasarnya akumulasi pengalaman obyektif.

Lha, kalau sudah tahu atau punya intuisi tentang karakter artikel yang layak AU, kok gak menulis artikel untuk menjadi AU. Begitu tanyamu lugu.  

Ampun, deh.  Saya kan sudah bilang di awal kalau hanya menarget AU, maka saya tak akan pernah menulis artikel seperti ini.

Memangnya apa itu "artikel seperti ini"?  Ya, artikel yang lahir murni dari kemauan saya sendiri demi kepentingan umum. Inilah jenis artikel yang lahir dari otonomi diri.

Sebaliknya adalah "artikel seperti itu". Maksud saya artikel yang ditulis berdasar kemauan Admin K. Dengan begitu,  Kompasianer penulisnya telah menghambakan diri pada kepentingan K selaku kapitalis.  Singkat kata, dia tak punya otonomi diri.

Jadi, saudara-saudara, sebelum menulis artikel di Kompasiana, pastikan lebih dulu jawaban pertanyaan ini, "Mengapa dan untuk kepentingan siapa saya menulis?"

Kalau kamu menulis sesuai kemauan dan kepentingan K yang kapitalis maka siap-siaplah sakit hati.  Sebab belum tentu artikelmu diganjar label AU. Sudah mujur bila artikelmu dilabeli "Artikel Pilihan", sebagai oase di "gurun artikel tanpa label".  

Jika itu pilihanmu maka siapkanlah mentalmu untuk menjadi sekadar "kuli kapitalis" yang sesekali diberi bonus pelipur lara.  Dengarkan kata-kataku ini, "Kamu tak kan beroleh bahagia di jalan itu, kawan."

Sebaliknya jika kamu menulis artikel karena kemauanmu sendiri, untuk memberikan yang terbaik darimu bagi khalayak, maka kamu sedang menapaki jalan bahagia.  Sebab dengan pilihan itu, kamu telah menegakkan otonomi diri dan menolak melayani keserakahan korporasi media kapitalis.  

Jangan pernah berpikir bahwa artikelmu tidak mungkin menjadi AU hanya karena dirimu otonom. Ingatlah kawan, otonomi adalah ibu dari kreativitas yang tak biasa-biasa saja.  

Karena kamu otonom, merdeka, maka kamu lebih mungkin melahirkan artikel yang "luar biasa". Artikel semacam itu akan "menaklukkan" Admin K sehingga tak ada pilihan baginya selain menempatkan artikelmu sebagai AU di Kompasiana.

Jangan bilang saya banyak bacot, kawan. Saya beri contoh.  Ketika saya menulis artikel "Mukjizat Dalam Serumpun Pohon Pisang" (K.3/7/20), saya tak pernah mendisainnya untuk menjadi AU.  

Saat itu saya hanya ingin menuliskan sesuatu yang sahaja tapi menyenangkan diri, sekaligus mungkin bisa menggembirakan khalayak pembaca. Nyatanya artikel itu ditempatkan Admin K sebagai AU. Itu menambah kesenangan saya, tentu saja.

Contah lain, mundur jauh ke belakang.  Dulu saya menulis artikel "Hariara, Pohon Tertinggi Sejagad yang Ada di Tanah Batak" (K.25/4/19), hanya karena ingin tahu dan berbagi tentang makna religio-kultural pohon itu dalam masyarakat Batak Toba.  

Artikel yang "tak lazim" itu kemudian ternyata diganjar AU oleh Admin K.  Bahkan lebih dari itu, artikel tersebut kemudian diterbitkan media Perancis  www.courrierinternational.com (26/1/2020) dan media Belanda www.360magazine.nl (15/1/2020).  Itu adalah buah otonomi diri yang, tanpa diduga, ternyata menarik minat editor media internasional.  

Setelah membaca artikel ini, masihkah kamu ngotot menulis artikel demi label AU, kawan? Atau mau ikut menapak jalan sunyi bersama saya, menulis artikel sesuai apa maumu demi ikhtiar menebar kebaikan bagi khalayak?

Sebelum memutuskan, ada baiknya merenungkan nasihat Guru saya ini, "Janganlah kamu sibuk dengan ikhtiar meniup jatuh elang di langit sampai lupa menabur benih di ladang.(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun