Rekan Reba GT bilang alasan harga anjlok itu adalah pandemi Covid yang membatasi mobilitas barang dan orang. Secara temporal itu bisa benar tapi, menurut saya, masalah utamanya bukan itu.Â
Petani cengkeh di pedesaan Manggarai Raya, demikian juga petani kelapa, mete, dan kemiri, itu terbelenggu oleh suatu masalah struktural. Masalah struktur pasar kapitalis yang tak adil.Â
Nilai tambah terbesar bunga cengkeh itu ada pada produk olahannya dan itu tak pernah dinikmati petani cengkeh. Petani hanya menjual cengkeh kering panen dan itu harganya murah. Nilai tambah cengkeh dinikmati oleh kalangan industri pengolahan.
Sebagai langkah solusi, saya pikir ada dua upaya yang dapat ditempuh pemerintah kabupaten-kabupaten Manggarai Raya. Tidak hanya untuk kasus cengkeh saja tetapi juga untuk kelapa, mete, dan kemiri.
Pertama, pengendalian perdagangan cengkeh melalui kelembagaan resi gudang. Ini juga sudah diusulkan rekan Kompasianer Om Gege. Inti kelembagaan ini adalah adanya resi kepemilikan barang cengkeh di gudang pengelola.
Resi itu bisa dipertukarkan, diperdagangkan, diperjual-belikan dan dipakai sebagai jaminan untuk pinjaman ke bank. Resi gudang bisa mengamankan petani dari keharusan menjual cengkeh dengan harga murah saat panen raya.
Kedua, melaksanakan hilirisasi produk perkebunan cengkeh di Manggarai. Cengkeh tidak dijual sebagai produk segar atau kering panen saja. Tapi diolah dulu menjadi misalnya bubuk dan atau minyak cengkeh.
Untuk program hilirisasi ini, diharapkan pemerintah setempat mendukung pembentukan kelembagaan atau organisasi bisnis petani cengkeh setempat.
Katakan misalnya Koperasi Petani Cengkeh Manggarai Raya atau Badan Usaha Milik Petani Cengkeh Manggarai Raya. Koperasi atau badan usaha itu kemudian diberi bantuan mesin pengolahan, fasilitas kredit murah, pelatihan teknologi pengolahan, dan pelatihan bisnis.
Pasar produk olahan cengkeh itu harus dijamin pula. Untuk itu koperasi atau badan usaha petani cengkeh dapat dihubungkan misalnya dengan BUMN Farmasi untuk pemasaran bubuk atau minyak cengkeh. Atau dihubungkan dengan BUMN Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) untuk akses pemasaran lebih luas.
Menunggu inisiatif pemerintah daerah mungkin ibarat menunggu lele bersisik. Karena itu baiklah jika petani cengkeh Manggarai sendiri berinisiatif menggalang diri membentuk organisasi bisnis. Lalu bergerak mengadvokasi pemerintah setempat untuk menjalankan inisiatif resi gudang dan hilirisasi produk cengkeh.Â