Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pak Anies, Percayakah Anda pada Sains?

13 Mei 2020   14:51 Diperbarui: 13 Mei 2020   18:54 1025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta (Foto: kompas.com/nursita sari)

Anies says there are normally 3000 funerals a month in Jakarta, suggesting up to 1500 more deaths per month than average.

"These excess deaths are high probability COVID cases, and then if we say five to 10 per cent [mortality rate], perhaps out there, there are 15 to 30,000 infections [in Jakarta]. We think the number [of deaths and infections] is way higher than what is reported by the Ministry of Health."

Ringkasnya, menurut Anies begini. Dalam kondisi normal rata-rata penguburan di Jakarta adalah 3,000 jenazah per bulan. Faktanya pada paruh kedua Maret terdapat  4,300 jenazah dan April sebanyak 4,590 jenazah.  

Menurut Anies,  selisih 1,300 jenazah pada Mei atau 1,590 jenazah bulan April, dibulatkan rata-rata 1,500 jenazah,  kemungkinan besar adalah korban Covid-19. Angka ini jauh di atas angka kematian 414 jiwa (6/5/2020) versi Pemerintah Pusat.

Anies kemudian berasumsi tingkat kematian akibat Covid-19 adalah 5-10%.  Jika angka kematian adalah 1,500 jiwa, berarti jumlah warga Jakarta yang terinfeksi diperkirakan 15,000-30,000 jiwa. Sekali lagi angka ini jauh di atas angka 4,770 jiwa (6/5/2020) menurut Pemerintah Pusat.

Ada dua masalah di sini. Masalah pertama, klaim Anies tentang jumlah korban Covid-19, meninggal dan terinfeksi, jauh dari saintifik.  

Penjelasannya begini. Klaim Anies tersebut dapat disederhanakan sebagai berikut:  (1) Terjadi pandemi Covid-19 yang bersifat mematikan pada periode Maret-April 2020 di Jakarta; (2) Pada periode Maret-April 2020 jumlah kematian di Jakarta meningkat rata-rata 1,500 jiwa per bulan. Kesimpulan: Peningkatan kematian 1,500 jiwa per bulan di Jakarta terjadi akibat pandemi Covid-19.  

Logis? Ya, logis.  Sah?  Nah, di sini letak masalahnya.  Peningkatan angka kematian rata-rata 1,500 jiwa per bulan itu, atau 3,000 jiwa dalam dua bulan (Maret-April), tidak punya dasar sains.  

Dikatakan tidak punya dasar sains karena angka 3,000 jiwa itu tidak merujuk pada hasil tes atau diagnosa saintifik. Tidak bisa ditunjukkan hubungan sebab-akibat antara pandemi Covid-19 (sebab) dan peningkatan angka kematian (akibat) di Jakarta.

Klaim Anies hanya didasarkan pada koinsidensi kejadian pandemi Covid-19 dan peningkatan angka kematian. Itu sama saja dengan menyimpulkan tingkat kelahiran meningkat tajam pada bulan September karena frekuensi pemadaman listrik tinggi pada bulan Januari. Klaim seperti ini disebut pseudo-sains, sains palsu.

Bandingkan dengan angka akumulasi kematian 414 jiwa menurut Pemerintah Pusat.  Angka itu berasal dari populasi pasien yang, berdasar tes corona, positif terinfeksi Covid-19 di Jakarta. Karena tes corona itu adalah prosedur sains kedokteran, maka angka korban meninggal 414 jiwa itu sah secara sains.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun