Pasangan dewa-dewi ini menjadi penghuni pertama bumi, Benua Tengah. Mereka bermukim di Kampung Sianjurmulamula, di sebuah lembah permai di kaki Gunung Pusukbuhit, Samosir.
Ketika bulannya sudah penuh dan harinya tiba, maka Deakparujar melahirkan anak kembar beda jenis jelamin. Â Raja Ihatmanisia, putra dan Boru Itammanisia, putri. Â
Dengan lahirnya si kembar Ihatmanisia dan Itammanisia, dua manusia bumi pertama, maka mitologi Batak telah berakhir. Selanjutnya adalah legenda.
LegendaÂ
Legenda adalah narasi lisan non-sakral suatu tempat, benda mati, mahluk tertentu, dan tokoh sakti. Tidak dapat dibuktikan kendati dia merujuk pada suatu obyek ataupun subyek nyata. Â
Begitulah. Raja Ihatmanisia dan Boru Itammanisia, manusia pertama itu, adalah figur-fifur legenda Batak.
Tidak banyak yang diketahui secara pasti tentang mereka. Kecuali kisah-kisah legenda tentang kehidupan dan keturunannya.
Menurut legenda, Ihatmanisia dan Itammanisia ditinggal ayah-ibunya pulang ke Benua Atas, kayangan. Kedua anak yang berstatus manusia itu hidup berdua di Sianjurmulamula.
Berkat campur tangan Raja Asiasi, Dewa Asmara Batak, Ihatmanisia dan Itammanisia saling jatuh cinta lalu menikah. Â
Perkawinan itu membuahkan tiga orang putra. Raja Miokmiok, Patundalnibegu, dan Ajilampaslampas. Â Akibat sengketa pertanahan, Patundalnibegu dan Ajilampaslampas keluar dari Sianjurmulamula. Tinggallah Raja Miokmiok sendiri di situ.
Legenda mengisahkan, Raja Miokmiok kemudian berputrakan Engbanua. Engbanua berputrakan Raja Bonangbonang. Bonangbonang berputrakan Tantandebata. Lalu Tantandebata berputrakan Siraja Batak.
Kelahiran Siraja Batak menandai akhir legenda Batak. Selanjutnya adalah pengetahuan asli lokal.