Dengan segala maaf, saya harus katakan bahwa pelaksanaan pentahbisan itu, yang menafikan himbauan Kepala BPBN, adalah sebuah sikap "tidak pantas" dalam masa serbuan Covid-19.
Sikap itu tak mencerminkan integrasi dan solidaritas sosial yang sungguh diperlukan bangsa ini untuk melawan serangan virus corona.
Sekaligus sikap itu adalah sebentuk "arogansi sakralitas" yang menganggap enteng masalah-masalah profan, masalah-masalah empirik duniawi. Seolah semua hal takluk di bawah nama upacara keagamaan.
Demikian usulan saya, Felix Tani, petani mardijker, seorang Katolik yang masih belajar untuk "menjadi Katolik".(*)