Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tarutung, Kota yang Tumbuh dari Sepohon Durian

9 Desember 2019   09:38 Diperbarui: 9 Desember 2019   15:06 2915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandian Air Soda Tarutung, Sumatera Utara.|Sumber: phinemo.com/Hanna Vivaldi via bobo.grid.id

Letaknya persis di tebing timur lembah Silindung, berhadapan segaris lurus dengan Kantor Pusat HKBP yang berada di tepi barat lembah. Di titik tengah garis itu terletak "Huta Dame" (istilah Batak untuk Yerusalem), tempat mukim pertama Nommensen sebelum pindah ke Pearaja. 

"Salib Kasih" kini menjadi destinasi wisata rohani populer bagi orang Batak Kristen, terutama pada Masa Paskah dan Natal.

Tumbuh dari Sepohon Durian
Segera setelah memasuki Silindung tahun 1878, pasukan Belanda membangun tangsi militer di tebing barat Silindung, di bantaran Aek Sigeaon. Tempat itu dulu disebut Tangsi. 

Sekarang menjadi pusat kota, tempat komplek perkantoran Bupati Tapanuli Utara dan komplek Kodim berada. Area itu kini masuk ke dalam Kelurahan Hutagalung Siualuompu. 

Sebagai penanda, tentara Belanda menanam sebatang pohon tarutung (durian) di depan komplek, kira-kira 500 meter sebelah barat Aek Sigeaon. Titik tumbuh pohon itu kini berada di antara Jalan Sisingamangaraja, jalan utama kota, dan Jalan Ahmad Yani di tebing barat kota. 

Sekarang berada di Kelurahan Huratoruan VI, pusat kota Tarutung. Jika ditanam sekitar tahun 1880, berarti umur pohon durian itu kini sekitar 140 tahun.

Pohon tarutung atau durian tua (tengah), titik tumbuh kota Tarutung (Foto: screenshot google map)
Pohon tarutung atau durian tua (tengah), titik tumbuh kota Tarutung (Foto: screenshot google map)
Setelah pohon itu agak besar, para raja hutan Silindung kerap mendatangi pohon itu dan berbincang-bincang di bawahnya. Bersamaan dengan itu, mengikuti rajanya, warga sekitar mulai berjualan hasil bumi di situ, sehingga lokasi tersebut tumbuh menjadi onan, pasar tradisional.

Tentara Belanda senang dengan perkembangan itu karena memudahkan mereka mendapatkan kebutuhan pokok harian.

Karena belum punya nama, orang kemudian selalu menyebut "Hu/i/sian Tarutung" untuk tempat itu (hu = ke, i = di, sian = dari). Sehingga lama-kelamaan keseluruhan lokasi itu dinamai "Tarutung".

Pohon durian itu lalu mengambil-alih fungsi pohon hariara, sebagai pusat kegiatan sosial, ekonomi, politik dan budaya bagi masyarakat Batak Silindung.

Nama "Tarutung" kemudian ditabalkan Pemerintah Kolonial Belanda menjadi nama ibu kota (pusat pemerintahan) Afdeling Bataklanden sejak tahun 1915, seusai Perang Batak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun