Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Para Perempuan Roguing di Tengah Sawah Sukamandi

10 Oktober 2019   10:31 Diperbarui: 10 Oktober 2019   12:21 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Profil Bu Entin, salah seorang perempuan roguing di kebun benih padi PT Sang Hyang Seri, Sukamandi (Dokumentasi Pribadi)

Petugas kebun penangkaran benih padi memberi petunjuk tentang ciri-ciri morfologis varietas utama padi pada fase pertumbuhan tertentu. Lalu para perempuan roguing diminta untuk membuang semua tanaman yang ciri morfologisnya berbeda.

Kedengarannya sepele, tapi ini tidak mudah. Karena mempersyaratkan ingatan kuat tentang ciri morfologis beragam varietas padi, ketelatenan, dan ketelitian mengenali varietas simpang. Bila gegabah, bisa-bisa varietas utama yang dibuang, sementara varietas simpang aman sentosa di pertanaman.

Menurut Mas Agus, kegiatan roguing dilakukan empat kali. Ini mengikuti empat fase pertumbuhan padi yaitu vegetatif awal (35-45 hari setelah tanam/HST), vegetatif akhir/anakan maksimum (50-60 HST), generatif awal/berbunga (85-95 HST), dan generatif akhir/masak (100-115 HST). Ciri pembeda varietas pada tiap fase itu berbeda. 

Roguing pada fase vegetatif awal dan akhir bertujuan membuang tanaman padi yang tumbuh di luar jalur/barisan tanam, tipe pertunasannya beda dari, bentuk dan ukuran daunnya beda, warna kaki atau helai daun dan pelepahnya beda, dan tinggi tanaman/rumpun berbeda nyata dibanding mayoritas tanaman padi sehamparan.

Lalu pada fase generatif awal dan akhir bertujuan membuang tanaman yang tipe tumbuhnya menyimpang, bentuk dan ukuran daun benderanya beda, berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat, eksersi malainya beda, malai terlalu cepat matang, serta bentuk/ ukuran/warna dan ujung (berekor/tak berekor) beda.

Nah, bisa dibayangkan bagaimana detilnya pengetahuan siap para perempuan roguing itu tentang ciri-ciri morfologis ragam varietas padi. Harus bisa membedakan padi varietas Ciherang, Mekongga, Inpari, IR 64, Sidenuk, Cilamaya, Situbagendit, dan lain sebagainya. 

Sekalipun sudah hafal ciri morfologis ragam varietas padi, tak mudah juga mengidentifikasi varietas simpang di hamparan luas pertanaman. Karena ada varietas-varietas yang tipis perbedaan ciri morfologisnya. Itu sebabnya toleransi 5 persen CVL diberikan untuk syarat benih lulus lapangan.

Saya perhatikan para perempuan roguing itu bekerja menghadap arah timur, arah matahari terbit. Ada maksudnya. Agar tanaman padi terlihat lebih jelas, sehingga lebih mudah mengenali varietas simpang. Karena alasan itu, kegiatan roguing hanya dilakukan pada pagi hari saat langit cerah dan matahari bersinar terang.

Pemandangan kebun benih padi PT Sang Hyang Seri yang sudah selesai roguing dan siap dipanen (Dokumentasi Pribadi)
Pemandangan kebun benih padi PT Sang Hyang Seri yang sudah selesai roguing dan siap dipanen (Dokumentasi Pribadi)
Jika melihat tingkat kesulitan pekerjaan roguing dan dampak pentingnya pada kemurnian varietas, maka para perempuan roguing itu pantasnya diupah mahal. Menurut Mas Agus mereka dibayar secara borongan per hektar. Upah rouging penangkaran padi inbrida Rp 200,000 per hektar dan padi hibrida Rp 3,000,000 per hektar.

Beda nilai upah itu karena beda tingkat kerumitan. Roguing padi inbrida lebih sederhana sehingga untuk empat fase hanya makan waktu 3-4 hari (pagi) per hektar. 

Roguing padi hibrida lebih rumit, karena harus melakukan roguing padi jantan dan padi betina dengan ketelitian ekstra tinggi. Bisa makan waktu total 17-18 hari per hektar. Karena itu biayanya lebih jauh lebih mahal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun