Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Pengakuan Seorang Pendosa Tua

29 Juni 2019   15:22 Diperbarui: 29 Juni 2019   20:58 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Kristus Memberkati di Buntu Burake, Makale Tana Toraja (Dokumentasi Pribadi)

Sisyphus! Kau sangka sisa usiamu sebuah kemalangan? Tidak. Kau salah sangka. Sisa usiamu adalah kebajikan. Melakoni absurditas hidup manusia. Mendaki hingga setindak dari puncak gunung saat berangkat tidur di malam hari. Hanya untuk menemukan diri terlentang di kaki gunung saat terbangun di pagi hari.

Tidakkah lakon sisa hidupmu suatu kebaikan, wahai engkau Sisyphus?
 
Sedangkan aku? Aku mengejar batas cakrawala pada sisa umur uzurku. Tapi tiap langkahku tak kunjung mendekatkan jarakku padanya. Sebab kutemukan diri hanya berlari di tempat. Mulai berlari setiap  berangkat tidur di malam hari. Hanya untuk menemukan diri semakin dalam terperosok setiap terbangun di pagi hari.

Tidakkah sisa hidupku sebuah kemalangan, wahai engkau Sisyphus?
 
Tuhanku! Aku tahu Engkau tetap berdiri di sana, di batas cakrawala, sedari dulu, kini, dan sepanjang masa. Setia menungguku untuk menghambur ke pelukanMu. Tapi aku setiap kali telah menyimpang ke jalan lain untuk mengingkari-Mu.  Sebelum setiap kali pulang ke titik awal. Dengan air mata sesal berulang di sepasang pelupuk mata renta.

Aku setiap kali membela diri di hadapan-Mu, ya Tuhanku, bahwa aku hanya meneladan Petrus yang tiga kali menyangkal-Mu sebelum ayam berkokok menjelang pagi hari.
 
Dan Engkau, ya Tuhanku, kulihat dari jauh, atas setiap kali pembelaanku, hanya menyungging selarik senyum penuh asih di bibirMu.***
 
Jakarta, 29 Juni 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun