Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

"Lubang-lubang" Solusi Banjir a la Anies

6 Mei 2019   17:28 Diperbarui: 7 Mei 2019   13:56 3208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur Jakarta Anies Baswedan di latar depan tumpukan sampah sungai di Jakarta (Foto: kompas.com)

Baru saja diberitakan, ternyata Gubernur Jakarta Anies Baswedan sudah memiliki tiga solusi banjir Jakarta yang akan ditempuh. (kompas.com, 2/5/19).

Pertama, solusi sumber banjir di hulu yaitu memperbanyak pembangunan waduk kering atau kolam retensi di daerah Bogor. Tujuannya untuk mengontrol debit aluran air sungai ke Jakarta di hilir pada tingkat aman, khususnya di musim penghujan. Dengan begitu tidak ada lagi "banjir kiriman".

Kedua, solusi di hilir dengan melanjutkan pembangunan tanggul penahan banjir rob di garis pantai utara Jakarta. Dengan begitu aliran banjir rob ke daratan akibat kenaikan permukaan air laut dapat dihempang.

Ketiga, solusi di tengah berupa pembangunan sumur-sumur resapan (drainase vertikal) untuk mengurangi debit aliran permukaan saat hujan turun. Ini memitigasi penyempitan ruang terbuka hijau sebagai daerah resapan air akibat meluasnya tutupan beton dan aspal di Jakarta.

Sepintas tiga solusi yang diumumkan Pak Anies itu terdengan sangat komprehensif, terpadu dari hulu ke tengah sampai hilir. Jika semata menilai berdasar kesan sepintas itu, maka orang bisa tergoda menyimpulkan bahwa Pak Anies itu sangat menguasai masalah dan solusi banjir di Jakarta.

Tapi sejatinya tidaklah begitu. Jika paparan solusi Pak Anies diperiksa lebih dalam maka segera tampak "lubang-lubang" yang menandakan dia sesungguhnya tidak sepenuhnya menguasai masalah dan solusi banjir Jakarta.

Saya akan coba tunjukan "lubang-lubang" tersebut secara ringkas di sini. Pertama dengan cara memeriksa-ulang kelengkapan solusi hulu-tengah hilir yang diungkap Pak Anies dan kedua, memeriksa implementasinya.

***

Lubang pertama adalah hilangnya "badan air dan daerah aliran sungai (DAS): dari solusi terpadu hulu-tengah-hilir yang disampaikan Pak Anies.

Itu sangat aneh mengingat simpul masalah banjr di Jakarta sebenarnya adalah "sakit"-nya ekosistem sungai yang melintasi Jakarta mulai dari hulu sampai hilir.

"Penyakit" sungai-sungai yang melintas di Jakarta sudah pada stadium parah. Di sektor DAS hulu, tepatnya di daerah Bogor khususnya Puncak dan Tangerang, "daerah tangkapan air" (DTA) sudah menyempit akibat "diserobot" untuk pemukiman dan perhotelan. Lalu di sepanjang sungai, koridor bantaran hijau di kiri dan kanan nyaris habis dikonversi menjadi area pemukiman, jasa dan industri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun