Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Pak Anies, Berhentilah!

1 Mei 2019   23:39 Diperbarui: 2 Mei 2019   08:27 21251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan dan Sandiaga Uno diabadikan saat mendaftar di KPU DKI Jakarta, Jumat (23/9/2016). Anies dan Sandiaga resmi mendaftarkan diri sebagai pasangan bakal cagub dan cawagub Pilkada DKI Jakarta, setelah diusung oleh Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera.(KOMPAs.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI)

Akan halnya OK-OCE dan OK-Trip serta OYES itu, belum ada hasil evaluasi independen, sehingga sulit mengatakan berhasil atau gagal. Hanya saja, dari obrolan di medsos, tertangkap kesan bahwa keberhasilannya baru sebatas di "bibir pejabat" saja.

Yang menarik sebenarnya dari daftar kemajuan itu tak ada satupun yang spesifik menyangkut solusi dua masalah utama Jakarta yaitu kemacetan dan banjir.

Solusi kemacetan baru sebatas perluasan dan perpanjangan keberlakuan Sistem Ganjil-Genap, peresmian fly-over dan under-pass rintisan pemerintah sebelumnya, dan peresmian MRT hasil kerja Pemerintah Pusat.

Sedangkan untuk solusi banjir, konsep-konsep "naturalisasi sungai", "menggeser hunian bantaran tanpa menggusur", dan "drainase vertikal" belum ada dilaporkan. Tindakan yang dilakukan hanyalah pengerukan sungau dan pengangkatan sampah dari vadan sungai. Itupun dengan intensitas yang lebih rendah dibanding sebelumnya.

Alhasil dalam beberapa hari terakhir sejumlah titik lokasi di Jakarta mengalami kebanjiran, sekalipun tidak ada hujan setempat.

Jadi bisa disimpulkan bahwa secara fisik dan non-fisik "Jakarta Baru" yang dijanjikan Anies masih jauh dari pandangan mata.

Malahan yang terdengar dan terlihat adalah kembalinya penyakit kekumuhan dan kesemrawutan Jakarta. Orang menunjuk pada kondisi Pasar Tanahabang dan RPTRA Kalijodo kini sebagai contoh nyata.

Ya, begitulah. Berdasar penilaian lembaga independen, Jakarta adalah kota termacet keempat di dunia dan terpolusi (udaranya) di Asia Tenggara tahun 2018. Itu bukti obyektif bahwa "Jakarta Baru" masih sebatas "untaian kata-kata indah" di bibir Anies.

***

Tidak fair jika hanya mengukur "Jakarta Baru" dari kemajuan fisik dan nin-fisik berupa perangkat halus seperti disampaikan di atas. Harus dilihat juga pengaruhnya terhadap tingkat kesejahteraan warga.

Tingkat kemiskinan adalah ukuran paling sederhana untuk memperkirakan kesejahteraan warga. Untuk Jakarta, per September 2018, tingkat kemiskinan adalah 3.55 persen (September 2017: 3.77 persen). Itu angka terendah dalam 5 tahun terakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun