Kemenangan Jokowi atau Prabowo pada Pilpres 2019 bukan ditentukan hitung-hitungan rasional.
Tapi ditentukan oleh keyakinan irrasional.
Begitulah. Kekhilafan seorang kiyai sepuh  menyebut nama Prabowo dalam doa, padahal seharusnya nama Jokowi, diklaim sebagai tanda dari langit untuk kemenangan Prabowo.
Mikrofon bergerak ke arah wajah Jokowi, dibilang "dipatuk mikrofon", pertanda "Ratu" kembali menjadi "Petruk", alias lengser. Â
Di tingkat global ada yang lebih irrasional lagi. Orang lebih percaya pada seekor gurita untuk menentukan pemenang Piala Dunia Sepakbola. Ketimbang hitung-hitungan rasional berdasar kinerja tim finalis.
Jadi menentukan pemenang sebuah kontestasi atau kompetisi secara irasional bukanlah sebuah kesalahan. Kecuali caranya menghinakan seseorang.
Begitulah. Tersebut Si Poltak. Rupanya tokoh ini tak mau kalah  irasional untuk perkara penentuan pemenang Pilpres 2019.
Aku terlibat diskusi politik dengannya baru-baru ini di lapo tuak. Â
Sudah pasti dia  mabuk tuak dan aku masih waras.
"Pilpres 2019 pasti dimenangi Jokowi," katanya yakin.
"Hitung-hitungannya bagaimana?" tanyaku serius gak serius.