Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Krisis Suksesi Pemangku Tenun Tradisi Nusantara

17 Januari 2019   10:15 Diperbarui: 17 Januari 2019   13:51 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Penenun songket Desa Sukarara di Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). (KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA)

Sedangkan motif perahu, berisi kalung emas (wea) dan anting (riti), adalah teks budaya yang mengisahkan pelayaran leluhur Ende-Lio yaitu orang India dari Malaka.

Di Tanah Batak ada kain tenun Ulos Jugia yang sudah langka.  Struktur dan motif ulos ini sejatinya adalah teks kosmologi orang Batak.  Jugia terdiri dari lima bagian yang disatukan. Sisi kanan dan kiri disebut ambi, penanda bahwa semua yang ada di dunia ini ada batasnya. 

Bagian tengah (badan) disebut tor dengan motif garis ganjil (disebut honda), menyatakan bahwa walaupun dunia ada batas, tapi yang "ganjil harus digenapi", artinya ikhtiar untuk maju dan bertumbuh.

Detil motif beruang, anting, dan biji ketimun pada kepala ulos Batak jenis Jugia (Sumber: tribal textiles.info, koleksi Vera Tobing)
Detil motif beruang, anting, dan biji ketimun pada kepala ulos Batak jenis Jugia (Sumber: tribal textiles.info, koleksi Vera Tobing)
Dua kepala (ulu/tampahan) Jugia disebut tinorpa, terdiri dari pinarhalak baoa (laki-laki) dan pinarhalak boruboru (perempuan), mengambarkan struktur berpasangan dari manusia.  Motif pada tinorpa itu adalah teks tentang tujuan duniawi hidup manusia Batak yaitu hahipason (kesehatan, motif batu ni ansimun, biji ketimun), hamoraon (kekayaan, motif anting-anting, anting), dan hagabeon-hasangapon (kemakmuran, motif sigumang, beruang).

Lalu di Tana Toraja ada misalnya kain tenun dengan motif Pa'tedong, kepala kerbau.  Ini merupakan teks budaya yang melambangkan kekuatan, kemakmuran, dan kebangsawanan dalam masyarakat hukum adat Toraja.  

Kerbau merupakan bagian integral dari inti budaya agraris Toraja, pertanian sawah, sekaligus pengukur tingkat kemakmuran dan kebangsawanan.   Tanpa kerbau maka tak ada panggung budaya Toraja.

Itu beberapa contoh untuk menunjukkan bahwa selembar kain tenun tradisi, dalam kelompok etnik manapun di nusantara ini, adalah lembar teks budaya yang bersifat spesifik.

***

Jika krisis suksesi pemangku tenun tradisi tak terpecahkan, dalam arti tidak ada regenerasi, maka niscaya tradisi menulis teks budaya pada selembar kain tenun akan punah.   Kain tenun akan menjadi semacam "naskah kuno" yang tidak diproduksi lagi.

Gejala itu sudah mulai terasakan pada kasus Ulos Jugia Batak.   Ulos ini hanya bisa ditenun oleh parpitu lili, penenun dengan tingkatan tertinggi.   Jumlahnya di Tanah Batak tinggal hitungan jari, dan sudah tua semua, sehingga ulos itu kini sudah tergolong kain langka.

Sebenarnya sudah ada sejumlah lembaga non-pemerintah yang memprakarsai pelestarian tenun nusantara.  Sebut misalnya Yayasan Toba Tenun untuk pelestarian tenun ulos Batak.  Gema Alam NTB untuk pelestarian tenun Lombok.  Tapi sejauh mana lembaga-lembaga itu mampu mendorong regenerasi pemangku tenun tradisi, masih menjadi pertanyaan juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun