Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ada Apa Dengan Roti Kelapa?

16 Agustus 2018   10:38 Diperbarui: 16 Agustus 2018   11:10 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto: resepdanmasakan.com)

Bukan sekadar latah judul artikel ini mengekor judul pilem "Ada Apa Dengan Cinta".   Sebab ini memang tentang urusan cinta.   Tapi cinta pada roti kelapa.  Bukan pada mahluk bernama Cinta.

Bisa dibandingkan.   Cinta manis, roti kelapa juga.  Bedanya, manisnya Cinta hanya bisa dilihat, lalu dinikmati dalam benak.  Sedangkan manisnya roti kelapa bisa dicecap, lalu ditelan nikmat masuk lambung. Diproses di sana untuk kemudian dipilah antara nutrisi untuk tubuh dan sampah untuk dibuang.

Cinta wangi, mestinya begitu, sih.  Roti kelapa juga begitu.  Bedanya, wanginya Cinta berasal luar tubuhnya, dari semprotan parfum mahal.  Sedangkan wanginya roti kelapa berasal dari badan roti itu sendiri.   Aroma wangi yang tercipta karena bakaran adonan roti.   Aroma asli, jujur, dan bikin lapar.

Jika kepadaku ditanya sekarang, "Pilih mana, Cinta atau roti kelapa?"  Dengan cepat akan aku jawab, "Roti kelapa!"   Mengapa?  Karena roti kelapa itu riil, sedangkan Cinta itu khayal.   

Khayal tak membuatmu kenyang, tapi roti kelapa pasti bikin kenyang.   Walau tetap harus diingat, manusia tidak hanya hidup dari roti.  Tapi juga dari khayal, seperti para penulis kisah khayal, atau pembuat pilem khayal.

Tapi ingatlah, sebelum berkhayal kamu perlu makan sepotong roti.  Sebab kalau lapar, khayalmu mentok pada nikmatnya sepotong roti.  Bayangkanlah itu sepotong roti kelapa.

Saya sudah mencicipi aneka jenis roti. Baik roti produk rumahan, maupun hasil toko roti (bakery) dan pabrik roti.  Baik roti domestik maupun roti mancanegara.

Kesimpulannya, banyak roti yang lebih enak dibanding roti kelapa, tapi tidak ada roti yang rasanya seintim roti kelapa.   Maksud saya, rasa manis-wangi roti kelapa itu sudah melekat intim pada bintil-bintil perasa di lidahku.  Jadi, rasa enak dan lebih enak roti lain boleh lewat di lidah, tapi rasa manis-wangi roti kelapa tetap meraja di sana.

Ada apa dengan roti kelapa?  Ya, ini soal cinta pada sepotong roti.  Cinta pertama yang tak lekang oleh waktu dan Pilpres. Maksud saya, siapapun Presiden kita, roti kelapa tetap pilihanku. 

Arkian, pada usia 4 tahunan di punuk Bukit Barisan Tanah Batak sana, roti kelapa itulah roti pertama yang aku nikmati sejak lahir.  Saya ingat betul, pamanku yang kuliah  di Pematang Siantar waktu itu pulang kampung untuk pertama kalinya dan membawa tiga potong roti kelapa.  Satu potong khusus untukku. 

Sentuhan pertama rasa di lidah itulah yang melekat selamanya di lidah dan otakku.  Lidahku dan otakku telah jatuh cinta pada rasa dan tekstur roti kelapa.   Ketika roti kelapa itu telah menyatu ke tubuhku, yang kurasakan kemudian adalah kerinduan tiada putus padanya.  Yang terbayang di benakku hanyalah roti kelapa dan roti kelapa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun