Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Siapa Pemrakarsa Kegiatan Politik Sembako di Monas?

3 Mei 2018   12:38 Diperbarui: 3 Mei 2018   13:28 3008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: megapolitan.kompas.com

Kedua, tentang kemungkinan PDIP sebagai pemrakarsa.  Apakah PDIP perlu memperalat FUI untuk bagi-bagi sembako di Monas?  Saya kira, PDIP akan lebih memilih menggerakkan organisasi-organisasi "onderbow"-nya untuk bagi-bagi sembako secara nasional, ketimbang cuma bagi-bagi sembako di Monas.

Lagi pula, sepanjang yang saya tahu, tidak ada preseden PDIP membagi sembako secara diam-diam seperti itu. Bagi-bagi sembako saya kira tidak diharamkan oleh PDIP atau Megawati.  Megawati hanya mengeritik program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari pemerintahan SBY, apa lagi jika dilakukan menjelang Pilpres.  Beda sekali BLT dengan bagi-bagi paket sembako.

Ketiga, FUI dan "Pihak Lain" sebagai pemrakarsa.  Menurut saya, justru kemungkinan ini yang perlu diperiksa Mas Bayu, atau siapa saja, lebih dalam lagi.   Menurut saja, kecil kemungkinannya FUI bekerja sendiri.   Jika kegiatan bagi-bagi sembako di Monas itu disepakati sebagai kegiatan politik, maka mesti ada "kekuatan politik" yang menjadi pemrakarsa sekaligus penyandang dana di belakangnya.  FUI juga hanya bisa mengumpulkan dana dari para donatur dengan rekomendasi dari "kekuatan politik" itu.

Karena itu, mari kita rumuskan sebuah hipotesis:  "FUI membagi sembako di Monas dengan dukungan sebuah kekuatan politik".  Dan kekuatan politik itu bukan Istana, bukan pula PDIP, tetapi "Pihak Lain".

Nah, sekarang kita tinggal mencari tahu siapa "Pihak Lain" itu.   Ini yang tak mudah diungkap.   Tapi, mungkin ada sejumlah fakta terdahulu yang bisa digunakan sebagai "alat bantu" untuk menjawab pertanyaan itu.

Dalam bentuk pertanyaan, fakta yang dimaksud adalah sebagai berikut.  Pertama, sejak Gubernur Anies Baswedan membuka Monas untuk kegiatan sosial, budaya, pendidikan, dan keagamaan, kelompok sosial mana yang telah menggunakan Monas untuk kegiatannya?

Kedua, lebih spesifik lagi, sejak Gubernur Anies Baswedan membuka Monas untuk kegiatan sosial, budaya, pendidikan, dan keagamaan, kelompok sosial mana yang telah menggunakan Monas untuk kegiatan keagamaan?

Tapi, walaupun  sudah menjawab dua pertanyaan pengarah di atas, belum tentu juga akan tersingkap secara jelas siapa "Pihak Lain" itu.  Artinya, tetap terbuka kemungkinan "Pihak Lain" itu ada kaitannya dengan Istana, PDIP, atau "Kubu Oposisi Pemerintahan".  Nah, tetap samar kan? Memang, tapi samarnya sekarang mungkin sudah lebih dekat ke terang.  Artinya, kita menjadi lebih paham.

Sebenarnya, disayangkan kegiatan "politik sembako" di Monas itu berakhir tragis, dengan korban jiwa dua orang bocah yang belum mengerti apa itu politik.  Seandainya kegiatan itu berjalan sukses, pastilah dengan cepat ada seseorang yang tampil di televisi untuk mengklaim keberhasilan itu. 

Sayang, sekali lagi, sayang, politik kita Sabtu lalu (28/4/18) telah merampas hak dua orang bocah untuk menyaksikan Presiden RI terpilih tahun 2019 nanti.  Semoga tidak ada lagi korban seperti mereka. Amin.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun