Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pak Anies Baswedan Melukis Jakarta

13 Maret 2018   08:17 Diperbarui: 13 Maret 2018   11:15 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur Jakarta Anies Baswedan Membuka Kegiatan Muralisasi Pilar-Pilar JLNT Antasari Jakarta Selatan (foto: kompas.com)

Sabtu (10/3/18) minggu lalu,  Pak Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta, mencoretkan huruf "J" hijau di pilar Jalan Layang Non-Tol (JLNT) Antasari, Jakarta Selatan (kompas.com, 10/3/18).  Itulah "gong pembukaan" pelaksanaan program pen-cantik-an (beautifikasi) kota oleh Pemda Jakarta.  

Tahap awal adalah pembuatan mural di 63 pilar JLNT Antasari oleh perwakilan 63 SMA/SMK di Jakarta.  Mungkin nanti dilanjutkan  pula ke pilar- pilar JLNT Tendean-Cileduk, JLNT Kasablanka, JLNT Pluit dan  puluhan "flyover" di Jakarta.

Tahap selanjutnya kata Pak Anies adalah pewarna-warnian kampung-kampung. Tapi, seperti biasa, ini masih rencana. Belum ditentukan kampung mana yang akan dicat warna-warni. Perlu studi dulu, agaknya.

Gagasan  "melukis" Jakarta,  bukanlah sesuatu yang baru apalagi genuine. Tahun 2007-2008 pekerja seni Jogja Mural Forum misalnya  sudah melukis mural fragmen Kisah Ramayana di tembok/pilar jembatan layang Lempuyangan.

Bulan Juli 2017 lalu, giliran dinding tembok  sepanjang 750 meter di daerah Pakualaman,  Jalan Sambilegi, dan Soboman yang dimural oleh 500-an orang mahasiswa ISI Yogyakarta dengan tema Bhinneka Tunggal Ika.

Selain perintis mural kota, Yogya juga  perintis kampung warna-warni di Indonesia. Ikonnya adalah  Kampung Kali Code binaan Romo Mangun dan sejumlah mahasiswa relawan yang sudah berwarna sejak 1980-an. Tahun 2015 lalu rumah-rumah di sana dicat ulang  warna-warni lagi sehingga tampak bak lukisan dari jembatan Gondolayu di atasnya.

Kota Malang menyusul kemudian tahun 2016 dengan kampung warna-warni Jodipan. Atas prakarsa para mahasiswa UMM, kampung yang semula kumuh di gigir Kali Brantas  ini disulap menjadi kampung warna-warni yang bersih dan resik. Kini Jodipan  sudah menjadi obyek wisata "wajib kunjung"  di Malang.

Kampung warna-warni kini seolah menjadi trend. Selain di Yogya dan Malang, muncul juga di Semarang, Surabaya, dan bahkan sebenarnya di Jakarta. Di Jakarta, sejak Maret 2017, atas prakarsa seorang anggota Karang Taruna, Kampung Penas Tanggul, Cipinang sudah disulap menjadi kampung warna-warni yang steril dari asap rokok.

Kampung warna-warni itu  jelas bukanlah sesuatu yang asli Indonesia. Sebelumnya, dan telah mendunia, sudah ada misalnya kampung warna-warni di Rio de Janeiro (Brasil),  La Trinidad-Benquet (Luzon Filipina),  Burano-Venesia (Italia), dan  Tirana (Albania).

Selain itu ada juga kota-kota monokrom  yang sudah mendunia. Sebut misalnya kota-kota biru seperti Jodhipur (India),  Chefchaouen (Maroko), dan Kavala (Yunani). Kota-kota itu sudah menjadi ikon untuk negara masing-masing.

Kembali ke Jakarta.  Apa motif Pak Anies melukis warna-warni Jakarta?  Demi kebahagiaan warga, begitu katanya. Sebab Jakarta harus maju dan bahagia warganya.  Menikmati karya seni mural, juga warna-warni kampung, katanya Pak Anies dapat  membahagiakan warga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun