Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Artikel Kompasiana sebagai Rujukan Ilmiah, Bolehkah?

7 September 2017   18:36 Diperbarui: 8 September 2017   06:13 1372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artikel Kompasiana Menjadi Rujukan Ilmiah (Dokpri)

Secara kebetulan, saat berselancar di google.com, saya menemukan artikel "Penelitian Kualitatif #009: Begini Format Rancangannya" yang saya tulis dan tayangkan di Kompasiana (20 Februari 2015), telah digunakan sebagai rujukan ilmiah untuk penulisan tesis (Sarjana 2, MM) oleh seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi swasta di Bandung (tahun 2016).

Di satu sisi saya senang. Karena tulisan sederhana tentang metode penelitian kualitatif itu menyumbang manfaat bagi seorang mahasiswa untuk kerja penelitian ilmiahnya. Mungkin bukan hanya dia seorang yang telah merujuk seri artikel itu. Masih ada sejumlah mahasiswa lain yang mendapat manfaat serupa.

Tapi, di sisi lain, saya masygul. Karena kelalaian saya, mahasiswa tersebut dan mungkin juga mahasiswa lain  telah merujuk pada sebuah artikel yang tidak memadai (unapropriate) sebagai rujukan ilmiah. Kendati substansinya metode penelitian kualitatif, seri artikel yang saya tulis di Kompasiana itu tidak layak digunakan sebagai rujukan ilmiah.

Mengapa tidak layak? Karena seri artikel itu tidak diterbitkan dalam satu situs on-line yang "terakreditasi" ilmiah, tapi di Kompasiana.com yang sifatnya media populer. Implisit, semua artikel di Kompasiana tidak layak dijadikan rujukan ilmiah. Hanya dimungkinkan untuk merujuknya sebagai informasi atau data yang harus ditafsir secara kritis. Ini mestinya menjadi pegangan dasar bagi mahasiswa dan peneliti.

Letak kelalaian saya, tidak mencatumkan secara eksplisit peringatan standar "tidak untuk dikutip". Ini sebenarnya peringatan standar pada artikel yang belum final sebagai produk ilmiah, untuk menghindari pengutipan atau perujukan yang tidak dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah.

Sebenarnya, jika mahasiswa merujuk pada sumber yang tak memadai, maka tugas dosen pembimbing untuk mengoreksi. Normalnya, si mahasiswa diminta untuk merujuk pada sumber asli tulisan, yang dicantumkan dalam artikel. Dalam kasus artikel di atas, saya mencantumkan dua sumber utama, yaitu J.W. Creswell (1994, Research Design: Qualitative &Quantitative Approach)  dan Y.S. Lincoln & E.G. Guba (1985, Naturalistic Inquiry). Itu dua buku rujukan yang mudah ditemukan, daring ataupun luring. Syaratnya, jangan malas.

Ada cara lain, tapi butuh sikap proaktif. Karena artikel tadi tayang di Kompasiana, dan ada fasilitas komunikasinya, maka sebenarnya bisa tanya pada saya cara mengutipnya. Seorang rekan Kompasianer pernah melakukannya dulu. Waktu itu, saya menawarkan dua alternatif, merujuk naskah versi awal seri artikel Penelitian Kualitatif itu, atau mencantumkan judul buku yang "akan terbit" berdasar seri artikel itu.

Paling benar secara ilmiah adalah perujukan pada naskah versi awal.  Naskah itu adalah diktat "Penelitian Kualitatif, Suatu Perkenalan" yang saya tulis tahun 1998, sebelum alih profesi jadi petani. Agak mengesankan, karena jika dicek dalam google scholar, diktat itu tercatat sudah dirujuk dalam 113 karya tulis ilmiah. Itu artinya diktat itu kebih kayak dirujuk ketimbang seri artikel penelitian kualitatif yang saya tulis di Kompasiana.

Tulisan ini sudah pasti bukan promosi kendati, tak terelakkan, ada kandungan nilai itu. Melalui kasus ini saya hanya sekadar mengingatkan pada rekan-rekan mahasiswa dan peneliti pemula, agar tidak menggunakan artikel di Kompasiana atau situs berita sejenis sebagai rujukan ilmiah. Alasannya sederhana, artikel yang tayang di situ bukan tulisan ilmiah.

Bukan berarti tidak boleh mengutip artikel-artikel di Kompasiana untuk keperluan tulisan ilmiah. Boleh saja. Tapi kutiplah atau perlakukanlah artikel-artikel non-ilmiah itu sebagai informasi atau data, untuk inspirasi topik riset, atau untuk diolah dan dianalisis dalam rangka "content analysis". Yang terakhir ini, sudah ada yang melakukan terhadap artikel-artikel di Kompasiana.***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun