Di dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak merupakan suatu upaya yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian stimulus-stimulus pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani mereka, agar pada tahap pendidikan selanjutnya memiliki kematangan dan kesiapan mental.
Bronfenbrenner (1979) menyatakan bahwa perkembangan anak yang dipengaruhi oleh sistem interaksi kompleks dengan berbagai tingkatan lingkungan sekitarnya mencakup interaksi di dalam dan di luar rumah, sekolah dan masyarakat dari kehidupan anak setiap hari dalam kurun waktu yang lama.
Apa yang dinyatakan Bronfenbrenner di atas senada dengan apa yang menjadi paradigma bapak pendidikan nasional Ki Hajar Deweantarra dengan Tri Pusat Pendidikannya. Di mana keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat merupakan tiga unsur terpadu tak terpisahkan yang berpotensi membentuk karakteristik anak, baik moral-spiritual, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan seni.Â
Bagaimana tidak, mulai dari usia 0-6 tahun merupakan masa tumbuhkembang emas anak yang harus didorong dengan memberikan stimulus-stimulus primer dalam keluarga, mulai dari bagaimana semestinya bersikap jujur, adil, berjiwa sosial, tolong menolong, gotong royong, saling menghargai dan menghormati, tidak sombong, hidup sederhana, tutur kata yang baik, sopan santun, bertanggung jawab, saling memafkan, mengakui kesalahan, disiplin, rajin belajar dan mengaji, taat pada Tuhan Yang Maha Esa, orangtua di rumah dan guru di sekolah, dan lain sebagainya Untuk dapat terealisasi dengan baik dan benar maka keterlibatan orantua perlu dimulai dari hal kecil, yaitu minat membaca.Â
Aktifitas membaca anak di lingkungan rumah sangat penting untuk ditekankan oleh orangtua baik pada anak usia dini atau saat anak belum dapat membaca. Salah satu cara sederhana untuk menumbuhkan minat baca pada anak usia dini yang disolusikan oleh pemerintah melalui laman "sahabat keluarga" yakni dengan membacakan buku pada anak-anak dengan suara lantang.
Sayangnya, kesibukan bekerja dan aktivitas lain membuat orang tua terkadang lupa menemani anak bermain dan membacakan buku pada mereka. Sehingga hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi anak yang belum mampu membaca dengan baik, juga menjadi kesulitan orangtua untuk meluangkan waktu khusus bagi anak. Hal yang tidak wajar bila pendidikan anak dalam keluarga yang memiliki intensitas kesibukan bekerja yang tinggi akan menyerahkan sepenuhnya kepada pembantu rumah tangga.
Selanjutnya, untuk meningkatkan kesadaran orang tua akan pentingnya menumbuhkan minat baca sejak dini, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan @kemdikbud.ri melalui Direktorat Pendidikan dan Kebudayaan, Ditjen PAUD dan Dikmas @paud_dikmas bekerjasama dengan Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI) menyelenggarakan Seminar Literasi Gerakan Nasional Orang Tua Membacakan Buku kepada Anak (Gernas Baku) pada tanggal 26 dan 27 Februari 2018 di Trans Studio Bandung. Kegiatan ini juga sebagai tanda dimulainya pelaksanaan Gerakan Nasional Orang Tua Membacakan Buku Kepada Anak (Gernas Baku) yang akan dilaksanakan serentak pada 5 Mei 2018.
Gerakan ini menjadi satu bukti sederhana namun sebagai penentu akan bagaimana generasi bangsa milineal kelak bahwa pemerintah sudah memberikan solusi yang solutif dalam rangka menghimbau serta mengajak kepada para orangtua agar sadar akan begitu pentingnya meluangkan waktu untuk pendidikan anak di rumah.Â
Dengan adanya gerakan tersebut, diharapkan generasi selanjutnya mampu menjadi pribadi-pribadi yang bersahabat dengan sesama, bersahaja dalam bergaul, memiliki integritas, akhlak yang mulia, tutur kata yang sopan dan santun serta menjalankan ajaran agama yang dianutnya, tolong menolong, tidak membeda-bedakan teman bergaul, gotong royong, serta menjadi generasi yang beriman dan bertaqwa.
Nilai-nilai moralitas luhur di atas menjadi ciri khas tersendiri bagi bangsa Indonesia dari masa ke masa, hingga dikenal dunia sebagai bangsa yang ramah tamah dan murah senyum. Tahukah bahwa ada satu nilai dari sekian banyak nilai luhur yang dimiliki bangsa Indonesia yang tidak dimiliki oleh dunia lain adalah "gotong royong."Â
Melalui gotong royong seseorang bisa saling mengenal satu sama lain dan saling bertegur sapa dalam membangun desa misalnya atau kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya. Kesemua nilai tersebut harus dimulai dari keluarga terlebih dahulu sebagai madrasatul ula bagi anak yang 24 jam hidup bersama orangtua. Hingga di sekolah, anak-anak ditempa dengan pengetahuan umum dan disempurnakan dengan pengetahuan agama.Â