Mohon tunggu...
Syarif Tjan
Syarif Tjan Mohon Tunggu... -

Lahir Di Tobelo.Tipikal slengean dan suka menentang arus. Senang menekuni dunia Filsafat dan Tasauf. Waktu senggang dimanfaatkan dengan melukis, menulis, dan clubing. Pernah mampir menimba Ilmu Teknik Lingkungan di STTL Yogyakarta ( 1991), dan menyempatkan diri belajar di Magister Sistem Teknik (MST) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Tahun 2007. Pernah menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Impact semasa kuliah di Yogya.Menulis adalah hobi sejak dari SMA. Pernah menulis di Majalah "Suara Muhammadiyah" Yogyakarta, dan harian Malut Post. Tahun 2004 saya bersama Bapak Mulis Tapi Tapi mendirikan Tabloid Halut Press dan menjadi Pemimpin Redaksi namun hanya bertahan selama 2 tahun. Mendirikan oragnisasi Filantropis "Tjan Institute", sebagai upaya melakukan riset kecil-kecil dibidang lingkungan. Bergelut di dunia konsultan lingkungan untuk menyusun AMDAL, dan UKL/UPL. Selain konsen terhadap masalah lingkungan, sosial politik dan kebudayaan, juga memiliki cita-cita membesarkan usaha "eco- Entrepreneur" sendiri. saat ini suka menggarap banyak pesanan Instalasi Air Limbah dengan biaya murah. Sudah 17 Tahun hidup dan stay di Ternate

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Air dan Masa Depan Kota Ternate

14 September 2017   01:01 Diperbarui: 14 September 2017   07:06 1428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

AIR DAN MASA DEPAN KOTA TERNATE

OLEH : M.SYARIF TJAN

Salah satu masalah pelik yang dihadapi Kota Ternate saat ini adalah bagaimana menyelaraskan antara pembangunan fisik kota dengan upaya-upaya pelestarian lingkungan hidup. Variabel utama problem lingkungan hidup di Kota Ternate lebih banyak disebabkan adanya pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke tahun membawa implikasi pada peningkatan pembangunan perumahan dan sarana kota lainnya sehingga cenderung memperkecil lahan kota.

Upaya pemerintah Kota Ternate  dibawah kepemimpinan Syamsir Andili  melakukan reklamasi pantai 9 tahun silam sebagai salah satu jawaban menjawab kondisi tersebut, patut diacungi jempol. Pembangunan reklamasi disatu sisi bisa menjawab masalah kekurangan lahan kota dan namun disisi lain tidak serta merta menjawab masalah pokok ketersediaan air tanah. Pada pasca operasi, pembangunan diatas lahan reklamasi membawa konsekwensi penggunaan air yang besar pula, sehingga memperbesar daya eksplorasi air tanah.

Disamping itu, kekeliruan perencanaan tata ruang Kota Ternate saat ini  yang tidak berwawasan lingkungan, membuat pemerintah Kota Ternate harus kerja ektra ketat. Secara kasat mata, dapat kita amati, bahwa sebagian besar kantong-kantong air di Kota Ternate telah tertutupi bangunan dan jalan. Fungsi resapan air menjadi terganggu, kantong air tanah yang tadinya harus terisi pada saat hujan tidak dapat lagi menerima suplai air hujan sebagai cadangan air tanah karena telah tertutupi beton sehingga menggangu keseimbangan siklus hidrologi. Hal ini diperparah lagi dengan adanya pembangunan pemukiman baru yang dibangun pada kawasan resapan (recharge area).

Sebagai warga kota kita patut bersukur karena bentuk topografi kota Ternate yang cenderung tinggi dan berlereng sehingga tidak mengakibatkan banjir besar sebagaimana yang dialami kota -- kota lain di Indonesia. Pada musim hujan, Kota Ternate boleh dibilang tidak mengalami bencana banjir. Toh, kalau pun ada itu hanyalah bentuk genangan air akibat tersumbat saluran drainase kota dan fenomena limpasan air (run off ) sehingga menyebabkan terjadinya luapan air dari selokan ke jalan raya dan itu pun hanya berlangsung sesaaat. Begitu hujan selesai, genangan air juga ikut hilang. Atau dengan kata lain pada kondisi curah hujan yang tinggi, Kota Ternate sangat mustahil di terpa bencana banjir. Air dengan cepatnya mengalir ke laut tanpa sedikit pun masuk ke dalam tanah.

Kondisi ini kalau dibiarkan terus - menerus selain berdampak pada penurunan daya dukung volume air tanah untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun industri di Kota Ternate, juga memberikan dampak tersier pada aspek --aspek lain. Secara umum ada beberapa dampak tersier yang dapat ditimbulkan dari adanya penurunan kuantitas volume air tanah. Pertama, kondisi penurunan air tanah akan berdampak pada penurunan muka tanah (land subsidence). Permukaan tanah yang tadinya disangga oleh volume air, akan bergerak secara gravitasi mengisi kekosongan tersebut, Kalau ini yang terjadi maka secara perlahan-lahan permukaan tanah kota ternate akan mengalami penurunan dengan sendirinya.Sehingga sekali lagi tanpa meminta-minta bencana datang, kota Ternate akan tenggelam ditelan bumi.

Kedua, Penurunan air tanah akan mempercepat terjadinya proses intrusi air laut. Ketika kantong air tanah kering, maka keseimbangan hidrostatik antara air bawah tanah dan air bawah tanah asin di sekitar daerah pantai menjadi terganggu. Dalam kondisi ini terjadi pergerakan air bawah tanah asin/air laut ke arah darat dan terjadilah intrusi air laut. Sehingga dapat menurunkan kualitas air tanah. Air menjadi tidak layak lagi untuk dikonsumsi sebagai air minum.

PERLU KONSERVASI AIR TANAH

Air tanah merupakan sumberdaya alam terbarukan (renewable natural resources) saat ini telah memainkan peran penting pada penyediaan pasokan kebutuhan air bagi berbagai keperluan. Masyarakat, baik perseorangan maupun kelompok membutuhkan air untuk keperluan sehari-hari dan untuk kebutuhan lainnya. Dari berbagai macam kebutuhan tersebut, maka air untuk keperluan minum merupakan prioritas utama, di atas segala keperluan yang lain. Hal ini berarti fungsi air sebagai air minum harus diupayakan sebaik-baiknya agar memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitasnya, serta digunakan sebaik-baiknya bagi kebutuhan mahkluk hidup.

Mengingat peran air bawah tanah semakin penting, maka pemanfaatan air bawah tanah harus didasarkan pada asas keseimbangan dan kelestarian. Atau dengan kata lain pemanfaatan air bawah tanah harus berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Artinya Jumlah air tanah yang dimanfaatkan hendaknya seimbang dengan jumlah air yang terbentuk. Pemanfaatan yang melebihi kapasitasnya tanpa memikirkan upaya pengisiannya kembali air tanah ibarat memenuhi kebutuhan manusia sambil menyusun bencana krisis air di Kota Ternate.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun