Mohon tunggu...
Sam Sul
Sam Sul Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menangis atau Tidak, Puan Maharani Selalu Dianggap Salah

16 Mei 2018   13:12 Diperbarui: 16 Mei 2018   13:55 909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Itulah yang juga dilakukan oleh Jokowi saat ini. Kalau ada yang bertanya untuk apa membangun tol dan jalan di tempat yang tidak dilewati oleh banyak orang?

Nanti, sepuluh atau dua puluh tahun yang akan datang, mereka akan mendapatkan jawabannya. Artinya, pemerintah saat ini mempunyai cara pikir yang visioner. Manfaatnya akan dirasakan anak cucu kita nanti.

Kalau kemudian ada isu-isu tentatif yang sengaja disebarkan menjelang tahun politik melalui kapitalisasi kebijakan pemerintah yang dianggap tidak populis, hal itu bisa dijelaskan oleh pemerintah dengan baik dan detail. Memuaskan? Tentu saja tidak, sebab sebagian pihak memang tidak untuk mencari jawaban; hanya menginginkan kegaduhan.

Ketika Puan Maharani memahami kondisi itu dengan baik dari dalam, dengan informasi yang bisa dipertanggung-jawabkan, bahwa negara ini sedang membangun dan mengupayakan kesejahteraan rakyat, untuk apa Puan Maharani menangis?

Pada titik inilah, Puan Maharani menangis salah, tidak menangispun akan salah. Kenapa? Karena sebagian masyarakat kita lebih suka melihat sesuatu berdasarkan kacamata kebencian. Padahal sudah jelas dalam Islam dikatakan, Jangan sampai kebencian terhadap suatu kaum, membuat kita tidak berlaku adil.

Kemudian, perlu juga mengaitkan Puan Maharani dengan Soekarno dalam konteks "kecintaannya" terhadap rakyat. Puan Maharani, tak hanya keturunan Soekarno secara biologis tapi sekaligus menjadi "anak idelogis" yang sedari kecil dijejali dengan pemikiran, ide, dan gagasan Soekarno membangun negeri.

Puan Maharani tidak hanya hatam membaca buku-buku Soekarno secara teks saja, tapi Puan Maharani juga belajar secara konteks ketika sejak awal mendapatkan pendidikan politik Soekarno dari keluarganya.

Dari kecil, Puan Maharani sudah paham Soekarno itu seperti apa. Maka tidak aneh ketika Puan Maharani menjadi salah satu penerus yang paling "mentereng" karir politiknya dibandingkan dengan yang lain. Artinya, darah politik Soekarno mengalir dalam diri Puan Maharani. Bagaimanapun juga, Puan Maharani adalah penerus dari pendiri republik yang memang dipersiapkan untuk membangun rakyat.

Jadi, tak perlu meragukan ke-Soekarno-an Puan Maharani, sebab ia lebih tahu dan lebih paham bagaimana cita-cita, ide, gagasan, dan pemikiran Soekarno.

Lalu apa yang dilakukan oleh Puan Maharani? Puan Maharani, memang sudah karakternya, tidak terlalu memerhatikan exposure. Tipikal orang yang bekerja dalam diam.

Jadi kalau ada orang yang bertanya, Puan Maharani kerjanya apa? Maka seharusnya kita perlu jujur, bahwa Puan Maharani telah banyak melakukan kerja, kebijakan dan melahirkan prestasi. Sayangnya, media tak terlalu banyak yang mengeksposnya, karena ia bukan sosok yang suka menjajakkan dirinya sebagai orang yang latah media.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun