Mohon tunggu...
mohamad sobari
mohamad sobari Mohon Tunggu... Bankir - Semangat tanpa lelah

Menatap Kedepan, Melangkah Maju.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sejarah Jalan Ampera Raya dan Sosialisasi NES Peduli "Jakarta Tanpa Sedotan"

20 September 2018   20:54 Diperbarui: 20 September 2018   21:59 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalan Ampera Raya di Jakarta Selatan mempunyai kisah yang sangat penting bagi sejarah Indonesia. Nama jalan raya ini dahulu merupakan kawasan yang memiliki banyak pohon besar dan terpelihara dengan baik.

Meskipun  berbeda dengan sekarang dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dan juga kepadatan kendaraan lalu lintas menyebabkan sering kali terjadi kemacetan. Saya cari tau sejarah dari sebutan Jalan Ampera Raya melalu google saat menuju kelokasi dari arah Jalan Mampang Prapatan.

Ternyata NES Peduli yang diprakasai oleh Helen Dewi Kirana seorang desainer NES untuk bersosialisasi "Jakarta Tanpa Sedotan" pada hari Minggu (16/9) sangat tepat sekali mencari lokasi untuk tujuan akhir karnaval dan juga menjadi tempat untuk program sosialisasi serta hiburan dengan panggung terbuka di Synthesis Resindence Kemang, Jalan Ampera Raya No. 1A, Jakarta Selatan.

Ampera adalah akronim dari singkatan kata Amanat Penderitaan Rakyat. Sebuah konsep pemikiran politik Presiden RI pertama, Ir Soekarno yang intinya peduli membantu rakyat agar terbebas dari kemiskinan dan kemelaratan. Mungkin ini cara untuk mengenang peristiwa sejarah dan politik dengan mengabadikan dalam nama kawasan ini.

Sebuah kegiatan yang di prakasai oleh NES Peduli sebagai rangkaian acara yang terus menerus di sosialisasikan untuk menjaga lingkungan hidup kita dari bahaya plastik yang tak terurai sebagai bahan dasar dari hampir banyak produk sedotan yang ada dan tersedia di beberapa tempat seperti warung, cafe, restoran dan lainnya terutama yang ada di Jakarta dan sekitarnya.

Synthesis Residence
Synthesis Residence
Saya hadir sebagai blogger TDB(taudariblogger.info) ke lokasi sebagai balasan atas undangan dari panitia acaranya Lila Cokronagoro, namun sebelum ke lokasi acara,  saya sempatkan  melewati Jalan Mampang Prapatan yang di tutup sejak pagi hari. Seru juga yaa...di tutup mulai perempatan Pejatan Village hingga ke Warung Buncit sehingga masyarakat berkumpul dan bersuka ria sambil berolah raga dan ada juga  yang berdagang makanan dan minuman.

Memang saya lihat jam sudah menuju ke jarum panjang ke angka delapan, pastinya peserta karnaval untuk sosialisasi "Jakarta Tanpa Sedotan" sudah mulai bergerak dari Restoran Yoshinoya, Kemang. Restoran ini juga turut memberi dukungan, terlihat tulisan di salah satu spanduk peserta karnaval.

Setiba di lokasi tempat acara terlihat beberapa tenda bazar serta panggung hiburan. Warna tenda yang dominan berwarna putih menambah cerahnya pagi ini. Matahari bersinar menyambut pagi di bulan September yang ceria.  Deretan parkiran motor vespa setelah konvoi dan juga deretan spanduk yang turut serta memberikan nuansa dengan jelas tertulis semangat "Indonesia Bersih" melalui pengurangan pemakaian sedotan plastik.

Karnaval Jakarta Tanpa Sedotan
Karnaval Jakarta Tanpa Sedotan
Aksi sosial dalam menanggulangi sampah plastik dari bekas sedotan yang dilakukan oleh NES Peduli dengan turut mengajak masyarakat untuk turut serta mengurangi penggunaan sedotan plastik yang dapat mencemari lingkungan. Kegiatan sosialisasi dengan melakukan edukasi dan juga dengan melakukan tindakkan nyata serta mencari solusi yang berkesinambungan.

"Warga Jakarta suka ngafe, perlahan mereka perlu mengubah perilaku menggunkan sedotan sekali pakai. Kami ingin terus mengingatkan bahayanya," ujar Helen Dewi Kirana. Pasti banyak yang lupa bentuk lain plastik yang selama ini dengan mudahnya dipakai dan dibuang dengan enteng adalah sedotan plastik.

Melihat perilaku dengan gaya hidup yang hampir merata di berbagai masyarakat. Berdasarkan data, kurang lebih 500 juta sedotan plastik terbuang setiap hari setelah dipakai sekali saja sehingga di kategorikan sebagai bahan plastik yang 50 persen dibuang saat sudah selesai digunakan. Yuk...mulai mikir kita...apa yang akan terjadi untuk masa depan bumi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun