Mohon tunggu...
Muhammad Syah Irsan
Muhammad Syah Irsan Mohon Tunggu... profesional -

Seorang yang mencoba menyalurkan pemikirannya ke dalam tulisan agar dapat dimanfaatkan oleh orang banyak demi suatu kebaikan. Pemahaman umum di bidang ekonomi; sosial; budaya; pertahanan; keamanan; politik; dan khususnya intelijen stratejik merupakan dasar keilmuan yang digunakan, ditambah pengalaman pribadi sebagai praktisi, akademisi dan pembicara; penulis mencoba menawarkan perspektif yang objektif terhadap suatu permasalahan. Saat ini, penulis berkarir sebagai Dosen dan Konsultan Independen, Founder dari Strategic Studies Center, Co-Partner perusahaan jasa bidang keamanan dan intelijen.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Indonesia Demam, Panas Luar dan Dalam

15 Februari 2014   14:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:48 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1392371192642145944

Gambar: http://demosindonesia.org/

Memasuki tahun 2014 ini, Indonesia bagaikan sedang diserang demam, kondisinya panas luar dan dalam, bukan sebuah istilah baru, sebaliknya mungkin pembaca juga mengikuti dinamika yang sedang dihadapi oleh Indonesia akhir-akhir ini, sehingga istilah panas luar dan dalam layak disematkan bagi Indonesia. Seperti beberapa tulisan yang pernah penulis tuangkan disini, beberapa even yang membuat Indonesia panas dapat kita rangkum sebagai berikut:

Panas Dalam:

Indonesia menghadapi Pemilu yang penuh ketidak-pastiaan, berbagai isu yang melekat bersamaan perhelatan pemilu bagaikan hiasan yang semakin memanaskan suasana, mulai dari kisruh DPT, kisruh keputusan MK, kisruh daerah (Aceh, Medan, Surabaya, Papua), bahkan sampai ke kisruh mengenai siapa yang layak menguasai dan memimpin Indonesia nantinya. Belum lagi bicara bencana alam; Sinabung (SUMUT), Banjir (Sejumlah Wilayah Indonesia), Kelud (JATIM). Ditambah perekonomian yang juga sedang demam dengan turunnya nilai tukar rupiah.

Panas Luar:

Kondisi panas di luar pun tidak kalah hebatnya, tarik ulur hegemoni penguasa dunia yang sedang bergesekan antara Amerika Serikat - China di Asia Pasifik menyeret Indonesia dalam suhu didih kompetisi yang sedang berlangsung, setelah isu penyadapan oleh Australia di pertengahan 2013, pada akhir 2013 sinyal peningkatan suhu kembali muncul ketika kapal induk USS Cowpens (Amerika Serikat) "dipergoki" oleh kapal Laoning (China) di perairan laut china selatan.

http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2013/12/131218_cina_amerika.shtml

Tidak cukup berhenti disitu saja, awal tahun 2014 dihiasi oleh sedikit meningkatnya tensi Indonesia terhadap beberapa Negara tetangga seperti: Singapura terkait isu penamaan KRI Usman - Harun, Papua Nugini terkait pembakaran perahu nelayan Indonesia.

http://www.tempo.co/read/news/2014/02/13/118553756/Singapura-Tetap-Minta-Nama-KRI-Usman-Harun-Diganti

Indonesia. http://nasional.kompas.com/read/2014/02/11/1504035/Bakar.Perahu.Nelayan.Indonesia.Panglima.TNI.Sebut.Tentara.PNG.Berlebihan

Terbaru, isu latihan militer AL China diperairan selatan Jawa telah membuat Australia mengirimkan pengintai, dan tentunya bertanya-tanya arah dari kegiatan tersebut terhadap masa depan kawasan.

http://dunia.news.viva.co.id/news/read/481056-china-latihan-perang-di-selatan-jawa--australia-kirim-pengintai

---------------

Rangkaian dinamika yang menghiasi perjalanan Indonesia ini sepatutnya menjadi perhatian kita, rumitnya perjalanan bangsa Indonesia di masa-masa yang akan datang membutuhkan kedewasaan dan keseriusan dari semua pihak, khususnya Rakyat, Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif, akan pentingnya menentukan langkah yang tepat, langkah yang mendahulukan akal sehat bukan langkah pemenuhan nafsu-nafsu yang justru akan membuat Indonesia terjebak dan terpuruk dalam suatu permasalahan.

Rekonsiliasi Nasional haruslah segera dikedepankan, hapuslah beban sejarah yang selama ini mengikuti kita yaitu begitu mudahnya Indonesia terpecah-belah disebabkan oleh adu domba, sudah saatnya persatuan menjadi agenda utama dan kuncinya adalah stabilitas Negara Indonesia. Budaya gotong-royong, saling bahu membahu bukan saling jatuh menjatuhkan, adalah budaya yang harusnya dihidupkan kembali.

Baca Juga:

http://hankam.kompasiana.com/2013/11/03/early-warning-runtuhnya-indonesia-target-asing-pemilu-2014-dan-2019-perang-2020-2030-604973.html

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun