"Ketakutan yang tidak kita hadapi akan menjadi batasan untuk diri kita sendiri", kata Robin Sharma begitu. Aku tidak mengenal siapa Robin Sharma, tapi aku merasa ada kebenaran dalam kalimatnya. Aku merasa hidupku terbatas karna begitu banyak rasa takut yang tidak mampu aku hadapi. Aku takut pada ketidakmampuanku menghadapi ketakutanku sendiri.
Aku kira aku telah tumbuh dalam hari-hariku yang aku lalui 7 tahun di seberang tanpa papa dan mama di sampingku. Aku kira aku bisa mengatasi ketakutanku terhadap apapun setelah ini. Ternyata kenyataannya tidak, aku tetap manusia penakut itu.
Banyak hal terjadi tanpa aku tahu jelas maksud dari apa yang dituliskan Tuhan untukku, aku hadapi banyak hal meskipun aku tidak tahu apakah itu maksud dari keberanian atau bukan.
Satu yang kembali mengingatkanku, dibalik rasa takut ini aku selalu memilih bersembunyi. Aku tidak pernah menunjukan diri, aku merasa aku tidak cukup layak untuk siapapun. Aku menutupi setiap perasaan dengan berpura-pura tidak menginginkan, padahal aku tidak merasa layak untuk mendapatkannya.
Katanya...
Kita tidak dapat memilih siapa ayah kita
Siapa ibu kita
Siapa anak-anak kita
Tapi kita selalu bisa memutuskan untuk menjadi siapa, dan satu-satunya hal yang kamu miliki dan tidak akan dimiliki orang lain adalah dirimu sendiri.
Aku ingin tumbuh, selalu tumbuh dan kemudian mekar. Bukan hanya dapat dinikmati keindahannya, tapi memaknai keberadaanku sendiri. Dan aku menemukan jawabannya, mungkin menghadapi kebenaran adalah langkah pertama menuju pertumbuhan.
Beranilah hanya jika kamu merasa hal itu benar, dan poin utamanya kamu harus tau nilai-nilai kebenaranmu. Bukan karena siapa papa, bukan karna siapa mama, bukan karna kakak-kakakmu. Percayalah bahwa dirimu sendiri adalah kebenaran yang Allah hadirkan untuk menghadirkan kebenaran-kebenaran lainnya.