Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kematian yang Mencerdaskan Manusia

9 Juli 2021   13:17 Diperbarui: 9 Juli 2021   13:19 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kullu nafsin `iqatul-mat, umma ilain turja'n
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan."

Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un "Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan kepada-Nya kami kembali"

Kami turut berduka cita atas berpulangnya.........

Kalimat di atas menjadi menu wajib yang banyak saya sampaikan akhir-akhir ini kepada teman-teman yang yang kehilangan keluarga, dan sanak kerabatnya. Banjir berita lelayu atau dukacita memenuhi ruang grup-grup WA yang saya ada di dalamnya. Dalam dua minggu terakhir intensitas berita lelayu melonjak tajam seiring lonjakan kasus covid-19 di Indonesia.

Setiap membuka handphone melihat WA dan muncul tulisan Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, seketika hati ini menjadi berdebar-debar. Siapa lagi yang meninggal dan kenapa? Rasanya malaikat maut sudah semakin mendekat, sekarang giliran orang lain tetapi mungkin esok hari giliran kita dijemputnya.

Setiap mendengar berita lelayu, rasanya seperti selalu disadarkan akan masih sedikitnya tabungan amal baik kita selama di dunia. Ketika tahu umur yang tersisa tinggal tiga hari, niscaya selama durasi tersebut kita akan berusaha menjadi sebaik-baiknya manusia. Waktu tersisa akan menjadi sangat berharga, utamanya menumpuk tabungan amal sebagai bekal akhirat kelak. Mungkin dalam tiga hari tersebut kita akan lebih banyak beribadah, baik ke masjid, pengajian dan meninggalkan hal-hal yang tidak baik apalagi nirmanfaat.

Manusia yang tidak ingat akan kematian maka dia akan menggampangkan hidupnya dan cenderung berbuat sesuka hati saja. "Besok masih ada waktu untuk berbuat baik" begitu kira-kira jawaban orang tersebut ketika ditanya mengapa hari ini hidupnya hanya urusan bersenang-senang, melakukan perkara mubazir dan jauh dari kebaikan. Padahal tidak ada yang pernah tahu kapan malaikat maut akan datang menghampirinya. Bisa saja esok hari tubuhnya tidak bernyawa lagi hingga tak sempat untuk bertaubat dan menabung kebaikan.

Ada hadits nabi yang sangat relevan tentang kematian:

Ketika salah seorang sahabat bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam:"Ya Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama?", Beliau menjawab:"Yang paling baik akhlaknya di antara mereka". Mukmin manakah yang paling cerdas?", tanya lelaki itu lagi. Beliau menjawab:

,

"Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas." (HR. Ibnu Majah no. 4259)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun