Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Got Mampet, Air Comberan Meluber

13 Januari 2021   13:34 Diperbarui: 13 Januari 2021   13:37 1143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada suatu jalan yang sejak beberapa tahun lampau sudah puluhan kali saya lewati selalu terlihat basah. Jalan beton itu selalu tergenang air berwarna hitam, pada sisi pinggir hingga kadang-kadang sampai ke tengah. Usut punya usut genangan air tersebut berasal dari luapan air comberan atau got.

Got yang berada di sisi pinggir jalan dan telah ditutup dengan beton permanen karena berada di depan rumah atau toko-toko tidak cukup lagi menampung air buangan rumah tangga. Hal ini berakibat melubernya air comberan tersebut ke jalan. Namanya air comberan tentu bau, apalagi kalau sampai terciprat pada tubuh atau pakaian.

Mungkin got di jalan tersebut mampet, bisa juga menjadi dangkal karena adanya sedimentasi, yang jelas kapasitasnya menjadi berkurang untuk mengalirkan air buangan limbah rumah tangga dari penduduk sekitar. Mungkin para penduduk menunggu datangnya petugas pemerintahan daerah untuk memperbaiki dan membersihkan got yang mampet. Pun demikian sudah sedemikian lama tidak beres juga masalah lubernya air comberan.

Lebih tepat jikalau penduduk yang berada di sekitar got bergotong royong memperbaiki dan membersihkan saluran air yang mampet tersebut daripada menunggu atau mengandalkan bantuan dari pihak ketiga. Toh ini demi kepentingan, kesehatan, dan kenyamanan mereka sendiri. Semua orang juga tahu air comberan itu kotor, mengandung banyak kuman dan tidak ada yang mau anaknya bermain-main dengan air comberan.

Dalam hidup seringkali kita dibanjiri oleh berbagai masalah yang datang silih berganti. Ada kalanya masalah berat, ringan, sedang, atau masalah baru yang kadang kala belum tahu cara pemecahannya. Masalah itu harus disalurkan pada tempat yang sesuai, sama seperti air comberan di atas.

Apabila saluran penyelesaian masalah mampet, atau penuh kapasitasnya, maka akan terjadi over kapasitas alias meluber, bahkan bisa menjebol saluran tersebut. Kalau sudah meluber bahkan jebol, hal ini bisa mengakibatkan seorang manusia menjadi stress, gila atau bahkan sakit. Apabila kondisi ini terjadi, tentu bukan hanya dia sendiri yang terdampak, namun orang-orang di sekitarnya, keluarganya juga akan turut merasakan dampaknya.

Oleh karenanya jangan sampai masalah-masalah itu memenuhi hati dan pikiran kita hingga menyebabkan hati dan pikiran menjadi mampet atau kelebihan kapasitas. Masalah harus diselesaikan dan disalurkan dengan tepat, tidak untuk diendapkan yang akan membuat hati dan pikiran kita penuh dan "jebol". Siapa yang harus menjaga agar hati dan pikiran kita tetap punya kapasitas yang cukup untuk menampung dan menyalurkan masalah? Jawabannya adalah diri kita sendiri, bukan orang lain.

Kita yang mempunyai masalah, kita yang mempunyai hati dan pikiran sebagai saluran penyelesaian masalah, mengapa kita harus mengandalkan bahkan menyalahkan orang lain karena mampet dan jebolnya saluran milik kita sendiri? Jangan seperti kisah jalanan di atas yang selalu tergenang air comberan, baunya busuk dan mengganggu kesehatan bagi warga sekitar.

Hati dan pikiran harus selalu siap sedia dengan kapasitas cukup untuk menampung berbagai masalah kehidupan. Kalau selokan atau got untuk dapat selalu mengalirkan limbah rumah tangga maka harus senantiasa dibersihkan, dikeruk, bahkan dilebarkan untuk menampung lebih banyak lagi air buangan, bagaimana dengan hati dan pikiran?

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi
Sesungguhnya hati dan pikiran adalah saluran penyelesaian masalah manusia yang sangat elastis. Hati dan pikiran bisa berfungsi layaknya selokan air yang sangat dalam, lebar, dan luas yang sanggup menampung sangat banyak air buangan. Di lain waktu hati dan pikiran menjadi seperti selokan yang dangkal dan sempit, sehingga membuat kapsitas yang mampu ditampungnya sangat sedikit dan kerap kali membuat air buangan  meluber. Bagaimana membuat hati dan pikiran menjadi saluran penyelesaian atau pembuangan masalah yang berfungsi optimal. Jawabannya adalah kata maaf, sabar dan syukur.

Maaf. Semakin mudah kita memaafkan kesalahan dan dosa orang lain, maka akan semakin banyak dendam, kesedihan, sakit hati, marah, dan rasa-rasa nggak enak lainnya yang terlepaskan dari jiwa raga kita. Perasaan-perasaan itu yang bertumpuk-tumpuk dalam hati dan pikiran membuat diri kita terbebani, menghalangi dari pikiran yang objektif dan positif. Dengan memaafkan, sebenarnya kita sedang mengobati dan memerdekakan hati dan pikiran kita sendiri dari semua masalah yang selama ini bersemayam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun